Anggota DPRD Sumbar, Hidayat : Kita harus memancing semangat kecintaan generasi muda terhadap nilai-nilai adat dan budaya

id dialog kebudayaan,hidayat

Anggota DPRD Sumbar, Hidayat : Kita harus memancing semangat kecintaan generasi muda terhadap nilai-nilai adat dan budaya

Anggota DPRD Sumbar, Hidayat. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Anggota DPRD Sumbar, Hidayat menyebut merawat, menjaga, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai adat dan budaya daerah yang hari ini mulai memudar harus di ikhtiarkan, baik sebagai anak, mamak, kemenakan maupun sebagai bagian dari masyarakat Provinsi Sumatera Barat.

Ia mengatakan itu dalam acara "Dialog Kebudayaan" Yang Muda Berbudaya (17/9/2023) di Padang.

Menurutnya atas dasar itu, ia bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat menstimulus, memancing spirit atau semangat kecintaan generasi muda khususnya untuk menggunakan, mempelajari dan memahami nilai-nilai budaya daerah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dalam rangka melawan bangga budaya asing.

Sebagai anggota DPRD, Hidayat menjelaskan bahwa perannya memang membentuk Perda bersama Pemprov. Dalam memainkan peran membentuk Perda tersebut, ia bersama anggota DPRD lainnya mengusulkan Ranperda Pemajuan Kebudayaan, Cagar Budaya dan Museum dan memaktubkan dalam perda tersebut kurikulum yang berstandar kearifan lokal yang akan menjadi materi pembelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA. Kemudian apresiasi terhadap kesenian daerah, atraksi dan permainan anak nagari.

"Ini dalam rangka merawat serta mengelola nilai-nilai adat dan budaya seperti berbahasa daerah, berkesenian daerah, permainan anak nagari seperti tokok lele, sipak tekong, cik mancik, congklak," katanya.

Ia menyebut permainan anak nagari itu banyak nilai filosofisnya, contohnya kalau main tokok lele itu tidak boleh lewat dari garis, itu mengajarkan nilai-nilai kejujuran. Tidak boleh berdusta, tidak boleh korupsi kalau dia seorang pejabat, itu nilai positifnya.

Selanjutnya yang ingin dimaktubkan dalam Perda yaitu pembentukan Dewan Kebudayaan. Semacam forum diskusi yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, orang kampus dan kaum muda.

Hidayat menyebut bahwa ada kerinduan terhadap ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, dan kaum mudanya berdiskusi tentang apa kira-kira program pemerintah terkait pemajuan kebudayaan. Termasuk juga menganalisa seperti apa kurenah mamak dan kemenakan sekarang, pergaulannya, cara berpakaian, cara bertutur bahasa.

"Kalaulah alim ulama kita, cadiak pandai, bundo kanduang, orang kampus, kaum muda duduk bermusyawarah minimal dua kali sebulan, tentulah suasana akan berbeda. Karena kita butuh panutan, butuh mamak, butuh pemimpin yang menjadi contoh. Maka dari itu kami juga akan perjuangkan bagaimana agar rencana program ini ada anggaran minimal 2% dari total APBD untuk Pemajuan Kebudayaan," lanjutnya.

Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto, atau akrab disapa Mak Katik selaku narasumber dalam acara "Dialog Kebudayaan" yang merupakan seorang budayawan, seniman, dan pengajar Indonesia membahas bagaimana adat dan budaya Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari.

Termasuk juga latar belakang atraksi seni seperti silek dan tari piring. Selain itu, Mak Katik ingin generasi muda mengetahui bagaimana tokoh-tokoh hebat Minang dibesarkan dengan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau itu sendiri.

"Saya berharap acara ini bermanfaat untuk generasi muda, karena untuk sekarang ini kita cuma tau hebatnya Hatta, hebatnya Sutan Syahrir, hebatnya Hamka, tapi kita tidak tau seperti apa mereka dibesarkan," ujar Mak Katik.*