BPS catat Sumbar alami deflasi 0,09 persen pada Maret 2023

id BPS Sumbar,Ekonomi,Sumbar,inflasi

BPS catat Sumbar alami deflasi 0,09 persen pada Maret 2023

Tangkapan layar Kepala BPS Sumatera Barat, Herum Fajarwati (ANTARA/HO BPS Sumbar)

Padang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat deflasi terjadi di Sumatera Barat 0,09 persen yang merupakan gabungan dari dua kota yakni Kota Padang dan Kota Bukittinggi secara Month to Month (m-to-m) pada Maret 2023.

Kepala BPS Sumatera Barat Herum Fajarwati di Padang, Selasa mengatakan deflasi ini terjadi di Kota Padang sebesar 0,10 persen dan di Kota Bukittinggi terjadi deflasi sebesar 0,03 persen.

"Kota Padang berada di peringkat ke-20 dari 25 kota yang mengalami deflasi pada Maret 2023 dan Kota Bukittinggi berada di peringkat ke-24. Untuk kota tertinggi yang mengalami deflasi adalah Kota Bandung sebesar 1,5 persen dan yang terendah adalah Dumai sebesar 0,02 persen," kata dia.

Ia mengatakan penyebab deflasi ini dari kelompok pengeluaran terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang turun 0,75 persen dan kategori ini memiliki andil 0,24 persen.

"Hal ini disebabkan karena minggu pertama Ramadan yang menyebabkan turunnya konsumsi masyarakat," kata dia.

Kemudian untuk tahun kalender antara Maret 2023 dengan Desember 2022 inflasi di Sumbar mencapai 0,49 persen. Laju inflasi Kota Padang sebesar 0,49 persen dan Kota Bukittinggi terjadi inflasi sebesar 0,45 persen.

Sementara itu inflasi di Sumatera Barat secara year on year gabungan dari dua kota yakni Bukittinggi dan Padang sebesar 5,97 persen dan ini masih tinggi dari bulan Maret tahun 2022 yakni 3,24 persen.

Untuk Kota Bukittinggi secara year on year inflasi sebesar 6,08 persen dan kota sejarah ini menjadi peringkat ke-17 dari 90 kota yang menjadi acuan di Indonesia. Sementara itu Kota Padang berada di peringkat ke-19 dengan angka inflasi sebesar 5,94 persen.

"Untuk Kota tertinggi angka Inflasi secara year on year di Indonesia adalah Kota Tual dengan angka inflasi 7,49 persen diikuti Kota Baru dengan angka 7,40 persen dan Kotamobagu di angka 6,95 persen. Untuk kota yang paling rendah angka inflasi yakni Merauke dengan angka inflasi 3,17 persen" kata dia.

Ia mengatakan jika dibandingkan dengan 24 kota yang ada di Pulau Sumatera secara year on year maka Kota Bukittinggi menjadi peringkat keempat dengan angka inflasi tertinggi dan Kota Padang berada di peringkat kelima.

"Untuk kota yang memiliki angka inflasi tertinggi di Pulau Sumatera adalah Tanjung Pandan dengan angka inflasi 6,71 persen dan Kota Tembilahan menjadi kota yang terendah angka inflasi di Pulau Sumatera dengan angka 3,79 persen," kata dia.

Ia menyebutkan rokok kretek memberikan andil terbesar sebagai pendorong terjadinya inflasi di provinsi tersebut sebesar 0,05 persen karena terjadinya kenaikan harga cukai rokok sebesar 1,84 persen.

Selain rokok kretek, pendorong inflasi di Sumbar secara year on year adalah angkutan udara sebesar 0,04 persen akibat perubahan harga yang mencapai 2,74 persen. Kemudian bensin memiliki andil 0,03 persen karena perubahan harga sebesar 0,75 persen.

Kemudian untuk penghambat terjadinya inflasi adalah cabai merah yang mengalami kontraksi 0,18 persen karena harga turun mencapai 11,12 persen dan beras yang memiliki andil 0,06 persen karena turun harga 1,45 persen