Unand, WRI dan Dishut Sumbar sepakat beri pendampingan Perhutanan Sosial Batu Busuk

id Perhutanan sosial batu busuk, LPPM Unand, WRI

Unand, WRI dan Dishut Sumbar sepakat beri pendampingan Perhutanan Sosial Batu Busuk

LPPM Unand, WRI dan Dishut Sumbar sepakat berkolaborasi dampingi Perhutanan Sosial di Batu Busuk. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - LPPM Universitas Andalas, World Resource Institute (WRI), Dinas Kehutanan Sumbar dan KPLH Bukit Barisan sepakat untuk berkolaborasi melakukan kegiatan pendampingan Perhutanan Sosial yang berada di Batu Busuk, Kecamatan Pauh, kota Padang.

Kesepakatan tersebut dicanangkan di Mushala Gerbang Langit, Batu Busuk, Pauh pada Jumat (16/9) dihadiri oleh seluruh anggota Hutan Kemasyarakatan (HKm), pihak kelurahan Lambung Bukit dan tokoh masyarakat Batu Busuk.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand yang diwakili oleh Prof. Dr. Rudi Febriamansyah mengatakan bahwa dari sisi pendampingan, Unand sudah cukup banyak melakukan pendampingan kepada masyarakat di salingka kampus Unand, termasuk Batu Busuk.

Kegiatan yang dilakukan tahun 2022 ini merupakan lanjutan dari pendampingan pekebun durian dari tahun 2018. Pekebun durian sebagian besar merupakan anggota HKm.

Pembukaan spot wisata di kawasan hutan merupakan salah satu ide yang digagas tahun 2021dan tahun ini LPPM Unand mengkhususkan pengembangan ekowisata di kawasan HKm ini.

"Ada banyak yang dapat dikembangkan, termasuk diantaranya program adopsi pohon," katanya.

Potensi HKm tidak hanya pada wisata, namun juga pada ‘carbon stock’ yang hingga saat ini belum tergali.

Upaya pendampingan masyarakat di sekitar kawasan hutan sudah dilakukan Unand mulai tahun kemarin mendatangkan stup galo-galo, pelatihan budidaya dan introduksi tanaman pakan galo-galo.

Dosen Unand sebagai inisiator dari budidaya galo-galo di Batu Busuk sudah melakukan penilaian kawasan dan kampung ini sangat sesuai untuk pengembangan galo-galo. Oleh karena itu Unand menyambut baik kerjasama dengan Dinas Kehutanan provinsi Sumatera Barat dan KPLH Bukit Barisan dalam pengadaan tambahan stup galo-galo.

"Dengan demikian cita-cita bersama untuk mengembangkan kawasan agroeduwisata galo-galo di Batu Busuk dapat segera terlaksana," ujar Prof. Rudi Febriamansyah.

Pengembangan kawasan HKm juga menjadi keinginan dari Dinas Kehutanan provinsi Sumbar Kadis Kehutanan, Yozawardi S.Hut, MSi menyebut Hutan kemasyarakatan (HKm) merupakan program pemerintah yang memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk menjaga, memelihara dan memanfaatkan pengelolaan hutan secara lebih optimal.

Pemanfaatan hutan ini lah yang perlu terus diupayakan melalui konsep social forestry atau perhutanan sosial. Keberadaan durian puluhan hektar di kawasan HKm Padang Janiah merupakan ciri khas dari perhutanan sosial di Batu Busuk.

Pada intinya kepala Dishut Sumbar mendukung pengembangan ekowisata di kawasan HKm. Ia mempersilakan rencana pengembangan ataupun rancangan pemanfaatannya lebih jauh oleh masyarakat, termasuk pengadaan fasilitas pendukung yang diperlukan.

Rakhmat Hidayat SP, senior manager WRI wilayah Sumatera yang mengkhususkan diri hadir di Padang sore itu mengatakan bahwa WRI memilih menetapkan HKm Padang Janiah sebagai binaannya tahun ini di Padang. Tidak hanya karena duriannya yang terkenal enak tetapi juga karena potensi lainnya, termasuk wisata alam, baik untuk wisata minat umum maupun minat khusus.

Terlepas dari potensi karbon yang bisa dimanfaatkan, kang Rakhmat, sapaan beliau, menyambut baik program adopsi pohon di kawasan HKm. WRI telah menerjunkan beberapa stafnya dalam beberapa bulan terakhir, terlibat aktif dalam upaya peningkatan kapasitas kelompok HKm mendukung pengembangan bisnis teh gaharu dan madu galo-galo yang saat ini sedang dilakukan.

Sore itu semua yang hadir berkesempatan menikmati teh gaharu dan gaharu plus yang merupakan produk hasil inovasi dari tim abdimas Unand, dan madu lebah galo-galo.

Madu dipanen dari total 11 stup/koloni galo – galo yang telah diintroduksikan oleh tim dosen Unand. Terdapat berbagai jenis galo-galo yang didatangkan dengan tujuan tidak hanya untuk produksi madu lebah, namun juga menjadikan kawasan budidaya galo-galo sekaligus sebagai sarana wisata dan pembelajaran (agroeduwisata).

Kepala UPTD KPLH Bukit Barisan Kusworo, SP. M.Si memastikan bahwa dalam beberapa waktu ke depan, akan datang secara bertahap bantuan 50 stup untuk melengkapi koloni galo-galo yang ada saat ini.

Saat ini ada tiga institusi/instansi pendamping saat ini di Batu Busuk yaitu Unand, WRI dan Dinas Kehutanan. “Jangan sampai para pendamping yg lebih banyak untuk mengingatkan masyarakat agar terus mengembangkan potensi yang ada. Tentu masyarakatlah hendaknya yang mengingatkan para pendamping untuk terus mendampingi apa yg dirancang sebelumnya oleh HKm” ujar profesor bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam Unand ini.

Pada kesempatan terpisah, Dr. P.K. Dewi Hayati, ketua pelaksana kegiatan untuk pengembangan wisata di Batu Busuk menjelaskan bahwa kolaborasi dari beberapa stake holder akan diwujudkan dalam acara festival Batu Busuk yang akan memperkenalkan potensi ekowisata yang ada di kawasan HKm.

Tidak hanya potensi durian, namun juga potensi kearifan lokal berkaitan konservasi dan beberapa spot kawasan yang dapat dinikmati keindahannya. Kerjasama multipihak saat ini sedang berjalan dalam menyiapkan jalur trekking sepanjang 1.2 km menuju kebun durian dan air terjun, juga beberapa infrastruktur pendukung lainnya seperti camping ground, gazebo, peta dan penanda jalan.

Di lingkup Unand sendiri, kegiatan yang dinaungi oleh LPPM ini melibatkan dosen dari berbagai fakultas dan pusat studi Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Unand.*

Pewarta: Rizkia Trizayuni, MP