"Bisnis yang dijalankan Helen dan anak perempuannya sudah lama, bahkan lebih dari 10 tahun," kata dia di Padang, Selasa.
Ia mengatakan lokasi tersebut sudah pernah digerebek baik oleh polisi maupun Satpol-PP, namun setelah itu tetap berjalan seperti biasa.
"Ada yang membekingi kegiatan mereka itu, tapi saya tidak tau siapa," kata dia.
Sementara itu Buyuang yang berdomisili di daerah itu juga mengakui hal tersebut. Mereka menjalankan bisnis sudah lama, bahkan warga sudah gerah dan sempat ingin membakar lokasi itu.
Baca juga: Ibu dan anak di Lubuk Buaya terjerat kasus prostitusi, berikut peran mereka
"Dulu sempat mau dibakar warga, namun dicegah oleh tokoh masyarakat," katanya.
Ketua RT 04 RW 20 Lubuk Buaya Zainal Arifin mengakui Helen dan anaknya merupakan warganya.
"Saya tidak tau ada penggerebekan, namun memang aktivitas di warungnya pada malam hari cukup ramai," katanya.
Ia mengaku sering melewati rumah Helen pada saat mau sholat subuh di masjid. Saat melewati rumahnya aktivitas masih ramai.
"Dia berjualan lontong malam, dan pelanggannya ramai ada yang datang pakai mobil juga. Tapi saya tidak tau aktivitas mereka di dalam," kata dia.
Ia mengaku warga sudah resah bahkan sejak zaman Wali Kota Fauzi Bahar ingin dibersihkan, namun nyatanya hingga saat ini masih tetap berjalan.
"Harapan kami tentu kegiatan di sana dihentikan dan tidak berjalan lagi," kata dia.
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Barat mengungkap kasus prostitusi berkedok kos-kosan di Jalan Adinegoro Kelurahan Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang dijalankan oleh ibu dan anaknya.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumbar Kombes Pol Imam Kabut Satriadi di Padang, Senin mengatakan ketika dilakukan penggerebekan pada Jumat (10/1) dan petugas mengamankan dua orang sebagai otak pelaku dari bisnis prostitusi itu yakni wanita berinisial H (54) dan anaknya berinisial D (30). (*)