Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina Harapkan Donald Trump Berubah Pikiran

id Din Syamsuddin

Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina Harapkan Donald Trump Berubah Pikiran

Din Syamsuddin. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) serta tokoh lintas agama dan masyarakat Indonesia mengharapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berubah pikiran atas tindakannya yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

"Kita mengharapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpikir kembali karena terus terang bagi saya jika keputusan ini diteruskan mendapat reaksi di seluruh dunia termasuk di Amerika Serikat sendiri, itu akan merepotkan Donald Trump sendiri," kata Ketua PPIP Din Syamsuddin dalam Pertemuan Para Tokoh Lintas Agama dan Masyarakat untuk Menolak Keputusan Sepihak Donald Trump atas Yerussalem di Kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin.

Din Syamsuddin mengatakan keputusan Trump tersebut merupakan sebuah pelanggaran terhadap peraturan-peraturan internsional termasuk resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Dia menuturkan masyarakat dunia termasuk Amerika Serikat harus menghargai ketentuan atau peraturan internasional yang telah disepakati untuk mencapai suatu perdamaian dunia, salah satunya resolusi PBB atas Yerusalem.

"Kita semua sebagai masyarakat internasional tentu harus menghargai ketentuan, peraturan-peraturan internasional termasuk resolusi-resolusi PBB," tuturnya.

Menurutnya, jika Presiden Trump tetap teguh pada keputusannya maka tidak hanya reaksi dunia yang akan menyerang tapi juga gejolak dalam negeri Amerika Serikat sendiri yang memprotes keputusan tersebut.

Pada acara yang diadakan PPIP itu, Duta Besar (Dubes) terpilih Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun mengatakan rakyat Palestina menyatakan penolakan terhadap keputusan Trump itu dan telah terjadi demonstrasi-deomostrasi di hampir semua wilayah Palestina.

Dia mengatakan rakyat Palestina terus berusaha dan bergerak demi keadilan di negerinya. Demikian pula, pemerintah Palestina telah mengadakan pertemuan-pertemuan bilateral seperti dengan Mesir dan Jordania termasuk mempersiapkan pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam pada beberapa hari mendatanf.

Menanggapi keputusan Trump tersebut, dia mengatakan reaksi demonstrasi juga terjadi di seluruh dunia untuk memberikan dukungan kepada rakyat Palestina.

"Dan ini semua adalah pesan yang jelas dan tegas kepada Presiden Donald Trump untuk mengubah keputusannya," ujarnya.

Tokoh lintas agama dan masyarakat di Indonesia telah menyerukan pernyataan bersama tentang penolakan terhadap pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Cendikiawan Katolik Romo Magnis sepenuhnya mendukung pernyataan bersama itu dan mengharapkan kedamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina.

"Kita harus tetap mempertahaankan tidak ada penyiksaan terhadap Palestina," tuturnya.

Menurutnya, tindakan Trump tersebut telah mempersulit proses perdamaian Israel-Palestina.

"Kita mendukung segala usaha PBB untuk mendukung pernyataan (Presiden Donald Trump) itu tidak berlaku," tuturnya.

Selain itu, kedaulatan Palestina atas wilayahnya harus diputuskan dalam perjanjian perdamaian terakhir.

Ketua Sosial Masyarakat Majelis Pandita Budha Maitreya Indonesia Effendy Suriani menyatakan tidak setuju dengan pernyataan Trump.

"Kami berharap dan mendukung semua usaha dari semua pihak dan dari mana pun agar dapat membatalkan pernyataaan Presiden Donald Trump," ujarnya.

Cendikiawan dari Institut Etika dan Peradaban Paramadina Pipip A Rifai Hasan berharap pernyataan bersama tersebut akan memperkuat posisi Palestina dan juga bangsa-bangsa yang berjuang untuk menegakkan kemerdekaannya sehingga kemudian tercapai suatu kehidupan dunia yang adil dan damai.

Penasehat Forum Kristiani Jakarta Saltobing Silitonga

juga menyatakan dukungannya terhadap pernyataan bersama itu.

"Kami mendukung dalam doa kiranya berubah hati Presiden Donald Trump," ujarnya.

Dalam pernyataan bersama yang dibacakan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Gultom, mereka menyatakan keputusan Presiden Donald Trump itu sebagai bentuk agresi, aneksasi, dan provokasi, serta radikalisme nyata, yang melanggar ketentuan-ketentuan internasional termasuk Resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menegaskan status quo Yerusalem.

Kedua, mereka menilai keputusan Presiden Donald Trump tersebut secara nyata menghentikan dan menafikan proses perdamaian Israel- Palestina yang telah berlangsung selama ini, dan akan mendorong reaksi global dan membawa dampak sistemik terhadap stabilitas dan keamanan dunia.

Ketiga, mereka mendesak PBB untuk menolak keputusan sepihak Trump dan untuk menegakkan Resolusi-resolusi PBB atas Israel dan menjatuhkan sanksi tegas atas pelanggarannya.

Keempat, mereka menyerukan masyarakat internasional lintas agama dan bangsa untuk bersatu padu menolak keputusan Presiden AS dan mendesak yang bersangkutan untuk membatalkannya. (*)