Tradisi Gordang Sambilan Meriahkan Panggung SMF 2015
Sawahlunto, 28/11(Antara) - Musik tradisi asal Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Tapanuli Selatan, "Gordang Sambilan", turut meriahkan panggung utama kegiatan Sawahlunto Multicultural Festival (SMF) tahun 2015, Sabtu Malam.
Salah satu tokoh masyarakat suku Mandailing asal di Kota Sawahlunto Sumatera Barat, Jhon Reflita, di Sawahlunto Sabtu, mengatakan group kesenian khas Tapanuli Selatan tersebut sengaja didatangkan pihaknya dari Kampung Pidoli Lombang, untuk turut memeriahkan kegiatan yang merupakan rangkaian perayaan hari jadi kota (HJK) Kota Sawahlunto ke-127.
"Sebagai salah satu suku nusantara yang hidup di kota ini, kami juga ingin menunjukkan eksistensi suku Batak dan Mandailing yang sudah berbaur selama beratus tahun lamanya bersama masyarakat adat lainnya di Kota Sawahlunto," jelas dia.
Menurutnya, disamping untuk menggalang kerukunan antar sesama masyarakat adat, kegiatan tersebut juga ditujukan sebagai upaya mendukung visi kota itu menuju kota wisata tambang yang berbudaya yang saat ini juga diusulkan sebagai cagar budaya warisan dunia ke pihak UNESCO.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Batak Kota Sawahlunto, S Hutagaol, mengatakan melalui kegiatan tersebut pihaknya berharap bisa dijadikan momentum kebangkitan kesenian daerah, khususnya tradisi Batak dan Mandahiling, untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah ikon pariwisata di kota itu.
"Sawahlunto sudah menjadi kampung kedua kami yang akan kami jaga kehormatannya dengan turut berpartisipasi aktif di segala sisi proses pembangunan yang sedang digiatkan oleh pihak pemerintah daerah bersama seluruh lapisan masyarakat," tegas dia.
Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf, dalam sambutannya pada kegiatan tersebut mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh seluruh paguyuban masyarakat adat di kota itu serta seluruh kelompok kesenian dari seluruh unsur kenagarian yang tersebar di empat kecamatan di Kota Sawahlunto merupakan sumbangsih yang besar dalam menyukseskan visi kota wisata tambang yang berbudaya tahun 2020.
"Inilah yang disebut berbudaya itu, yakni bagaimana menata masyarakat yang berasal dari berbagai suku dan etnis bisa hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lainnya, tak hanya secara hubungan sosial kemasyarakatan melainkan juga meliputi bidang seni tradisi budaya yang menjadi ciri khas daerah asal masing-masing," kata dia.
Dia berharap, semua upaya yang dilakukannya beserta seluruh jajaran pemerintah kota itu bersama unsur tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menyikapi pentingnya menyikapi sebuah perbedaan menjadi sebuah kekuatan dalam membangun negeri ini.
Hal itu, lanjutnya, seperti yang diamanatkan oleh para tokoh bangsa pendiri negara ini saat bertekad untuk memerdekakan negara Republik Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa asing.
"Mari kita satukan tekad untuk terus berjuang dalam memajukan bangsa ini, yang dimulai dari niat baik untuk turut berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan di Kota Sawahlunto," kata dia.
Sebelumnya, Pagelaran ragam seni budaya nusantara yang dikemas dalam kegiatan "Multicultural Festival" mengawali rangkaian peringatan hari jadi kota (HJK) ke-127 Kota Sawahlunto.
Kepala Dinas Pariwisata setempat, Efriyanto, di Sawahlunto, Rabu(25/11), mengatakan kegiatan tersebut berlangsung sejak tanggal 24 November hingga 1 Desember 2015, yang bertepatan dengan hari jadi kota itu pada tahun 1888 Masehi.
"Sejumlah kelompok seni budaya dari beragam etnis di Sawahlunto serta beberapa daerah lainnya akan memeriahkan panggung utama pelaksanaan kegiatan tersebut, di kawasan lapangan Silo Kecamatan Barangin," kata dia.[]cpw7
Salah satu tokoh masyarakat suku Mandailing asal di Kota Sawahlunto Sumatera Barat, Jhon Reflita, di Sawahlunto Sabtu, mengatakan group kesenian khas Tapanuli Selatan tersebut sengaja didatangkan pihaknya dari Kampung Pidoli Lombang, untuk turut memeriahkan kegiatan yang merupakan rangkaian perayaan hari jadi kota (HJK) Kota Sawahlunto ke-127.
"Sebagai salah satu suku nusantara yang hidup di kota ini, kami juga ingin menunjukkan eksistensi suku Batak dan Mandailing yang sudah berbaur selama beratus tahun lamanya bersama masyarakat adat lainnya di Kota Sawahlunto," jelas dia.
Menurutnya, disamping untuk menggalang kerukunan antar sesama masyarakat adat, kegiatan tersebut juga ditujukan sebagai upaya mendukung visi kota itu menuju kota wisata tambang yang berbudaya yang saat ini juga diusulkan sebagai cagar budaya warisan dunia ke pihak UNESCO.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Batak Kota Sawahlunto, S Hutagaol, mengatakan melalui kegiatan tersebut pihaknya berharap bisa dijadikan momentum kebangkitan kesenian daerah, khususnya tradisi Batak dan Mandahiling, untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah ikon pariwisata di kota itu.
"Sawahlunto sudah menjadi kampung kedua kami yang akan kami jaga kehormatannya dengan turut berpartisipasi aktif di segala sisi proses pembangunan yang sedang digiatkan oleh pihak pemerintah daerah bersama seluruh lapisan masyarakat," tegas dia.
Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf, dalam sambutannya pada kegiatan tersebut mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh seluruh paguyuban masyarakat adat di kota itu serta seluruh kelompok kesenian dari seluruh unsur kenagarian yang tersebar di empat kecamatan di Kota Sawahlunto merupakan sumbangsih yang besar dalam menyukseskan visi kota wisata tambang yang berbudaya tahun 2020.
"Inilah yang disebut berbudaya itu, yakni bagaimana menata masyarakat yang berasal dari berbagai suku dan etnis bisa hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lainnya, tak hanya secara hubungan sosial kemasyarakatan melainkan juga meliputi bidang seni tradisi budaya yang menjadi ciri khas daerah asal masing-masing," kata dia.
Dia berharap, semua upaya yang dilakukannya beserta seluruh jajaran pemerintah kota itu bersama unsur tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menyikapi pentingnya menyikapi sebuah perbedaan menjadi sebuah kekuatan dalam membangun negeri ini.
Hal itu, lanjutnya, seperti yang diamanatkan oleh para tokoh bangsa pendiri negara ini saat bertekad untuk memerdekakan negara Republik Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa asing.
"Mari kita satukan tekad untuk terus berjuang dalam memajukan bangsa ini, yang dimulai dari niat baik untuk turut berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan di Kota Sawahlunto," kata dia.
Sebelumnya, Pagelaran ragam seni budaya nusantara yang dikemas dalam kegiatan "Multicultural Festival" mengawali rangkaian peringatan hari jadi kota (HJK) ke-127 Kota Sawahlunto.
Kepala Dinas Pariwisata setempat, Efriyanto, di Sawahlunto, Rabu(25/11), mengatakan kegiatan tersebut berlangsung sejak tanggal 24 November hingga 1 Desember 2015, yang bertepatan dengan hari jadi kota itu pada tahun 1888 Masehi.
"Sejumlah kelompok seni budaya dari beragam etnis di Sawahlunto serta beberapa daerah lainnya akan memeriahkan panggung utama pelaksanaan kegiatan tersebut, di kawasan lapangan Silo Kecamatan Barangin," kata dia.[]cpw7