Pemkab Pesisir Selatan Terapkan Teknologi Padi Salibu

id Padi, Salibu, Pesisir Selatan

Painan, (AntaraSumbar) - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menerapkan teknologi padi salibu untuk mendukung Program Ketahanan Pangan, dan Swasembada Beras Nasional.

Teknologi padi salibu adalah inovasi baru, dengan pola sekali tanam, panen bisa tiga hingga lima kali, kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pesisir Selatan Afrizon Nazar di Painan, Minggu.

"Biaya yang harus dikeluarkan juga lebih sedikit dalam mengelola lahan hingga panen dari pola ini. Kita mengimbau ke depan pola ini terus digiatkan oleh petani dan dapat meningkatkan hasil pertanian, " katanya.

Hasil yang didapatkan dari pola yang dikembangkan sejak 2014 tersebut sangat memuaskan dan menguntungkan petani.

Pola tersebut bukan saja dapat meningkatkan hasil produksi, tapi juga menekan biaya yang harus dikeluarkan petani dalam mengelola lahan hingga panen.

Melalui pola budi daya padi salibu petani hanya menanam padi satu kali, untuk tiga hingga lima kali panen. Khusus untuk Pesisir Selatan, agar hasil lebih baik dan berkualitas pada panen berikutnya maka pemkab merekomendasi hanya tiga kali panen.

Ia mengatakan, saat ini pengembangan padi salibu juga dilakukan dibeberapa kelompok tani di Pesisir Selatan. Bahkan untuk percontohan, Dinas Pertahorbun setempat mengembangkannya seluas satu hektare per kecamatan.

Lahan percontohan tersebut sengaja ditempatkan di setiap kecamatan agar ke depan masyarakat lebih berminat untuk menerapkan pola padi salibu.

Dari uji coba yang dilakukan selama ini, ternyata hasil panen padi salibu bisa mencapai empat hingga lima ton per hektare. Hasil panennya, bahkan bisa melebihi perindukan, sehingga sangat menguntungkan bagi petani.

Damril (46) seorang petani Pesisir Selatan mengatakan, pola pengembangan padi salibu sangat menguntungkan petani karena dapat meningkatkan hasil, setidaknya dua kali lipat dari pola biasa yang dipakai petani sebelumnya.

Ia berharap pemkab terus memfasilitasi masyarakat khususnya petani dalam menerapkan pola tersebut karena dalam prakteknya di lapangan, petani masih belum banyak mengerti tentang pola tersebut. (*)