Andrea Hirata: Pemerintah Harus Fasilitasi Publikasi Penelitian
Jakarta, (Antara) - Penulis novel terkenal "Laskar Pelangi" Andrea Hirata mengatakan pemerintah Indonesia harus lebih memfasilitasi para peneliti dengan saluran komunikasi yang dapat mempublikasikan hasil karya anak bangsa agar lebih dikenal.
"Kalau ada inisiatif pemerintah memajukan channeling itu luar biasa. Itu sebagai bentuk penghargaan akan keberadaannya," kata pria penerima beasiswa program master Teori Ekonomi di Universitas Sheffield Hallam, Britania Raya itu, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pemerintah berperan sebagai fasilitator dalam menghubungkan dunia penelitian dan inovasi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga dapat lebih dikenal.
Jika semua hasil penelitian seperti skripsi dipublikasikan, lanjutnya, maka akan menjadi konsumsi publik yang bermanfaat sebagai alternatif solusi kebutuhan masyarakat.
"Tentu saja memerlukan mekanisme ya dari skripsi sehingga bisa menjadi konsumtif publik dalam bentuk artikel atau buku. Di situlah fasilitator itu, pemerintah sebagai fasilitator," tuturnya.
Ia berharap pemerintah semakin membuka kesempatan lebih luas agar hasil riset Indonesia dikenal di dunia dan menjadi suatu kebanggaan bagi negeri.
"Ya karena skripsi kan berisi struktur metodologi riset latar belakang masalah, tentu ada proses membunyikannya," kata dia.
Ia berharap dengan campur tangan pemerintah yang lebih besar dalam memfasilitasi dan menginformasikan hasil penelitian, akan semakin menyemangati minat anak bangsa untuk melakukan riset sehingga temuan penelitian itu dapat menginspirasi masyarakat dunia.
Sebelumnya, Andrea meminta media ikut berperan menyebarluaskan informasi berkaitan dengan berbagai inovasi berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan putra-putri Indonesia yang mana temuan itu bermanfaat dan berharga, karena media mampu menjangkau seluruh rakyat hingga pemerintah.
"Mudah-mudahan media di Indonesia mempunyai space untuk membunyikan pemikiran-pemikiran atau hasil penelitian bangsa ini," katanya.
Ia menyayangkan betapa banyak karya bangsa hanya terpendam di perpustakaan, hanya sebagai bacaan sejumlah orang semata, sehingga manfaatnya tidak begitu besar dirasakan masyarakat.
"Jadi, memberi porsi kepada intelektual-intelektual muda, peneliti independen khususnya, dan kita harus mulai meramaikan budaya peneliti independen ini di Indonesia," tutur pria kelahiran kelahiran 24 Oktober 1982 itu.
Dalam berbagai kunjungan kerja ke Jatim pada pekan lalu, Menristek dan Dikti Muhammad Nasir berjanji akan mempertemukan kalangan perguruan tinggi dengan dunia industri, bahkan ia menyebut pertemuan pertama akan dilaksanakan pada 19 Januari. (*/sun)