Vespa Pustaka Penebar Ilmu Yang Selalu Ditunggu

id vespa pustaka

Vespa Pustaka Penebar Ilmu Yang Selalu Ditunggu

Sejumlah anak membaca buku yang dibawa vespa pustaka bergerak Tanah Ombak, di bawah kolong jembatan Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu . Komunitas Ruang Baca Tanah Ombak rutin setiap minggu menjalankan Vespa Pustaka Bergerak yang sanggup membawa 200an buku bacaan bagi anak-anak di perkampungan nelayan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama/17

Padang, (Antara Sumbar) - Puluhan bocah di Pasir Jambak, Kota Padang, Sumatera Barat, bersorak riang saat vespa berwarna biru dengan suara knalpot yang khas tiba di tempat mereka, Minggu pagi.

Membawa ratusan buku dalam kotak di sisi kanan dan kiri, Vespa Pustaka Bergerak Tanah Ombak yang mulai beroperasi sejak 23 Februari 2017 itu menyambangi kampung demi kampung untuk berbagi ilmu pengetahuan kepada mereka yang jauh dari bacaan.

Tak berselang lama sukarelawan Vespa Pustaka Tanah Ombak mengembangkan tikar baca, anak-anak pun mulai berkerubung memilih buku yang hendak dibaca.

Setelah memilih buku yang diminati para bocah itu pun larut dalam kegembiraan menikmati bacaan masing-masing.

Bagi mereka membaca beragam buku secara gratis adalah barang langka untuk bisa dinikmati sebelum Vespa Pustaka hadir di daerah pesisir pantai itu.

Tak jarang para orang tua pun ikut nimbrung karena koleksi yang tersedia cukup lengkap, mulai dari buku dongeng, novel, hingga buku-buku agama.

Beroperasi tiga kali dalam sepekan setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, Vespa Pustaka Tanah Ombak berkeliling menyebar kemanfataan mulai dari daerah Kampung Seberang Pebayan Padang Selatan, Pancalang di bawah jembatan Muaro Lasak, Gunung Pangilun, Ulak Karang, hingga Pasir Jambak.

"Kutemui kamu sampai membaca" demikian slogan yang tercantum pada stiker yang ditempel di badan vespa. Tujuh sukarelawan Vespa Pustaka tanpa pamrih duduk di belakang kemudi kendaraan buatan Italia itu tanpa kenal lelah.

Mereka adalah Robby W. Riyodi, Fahmi Akbar, Ismawardi, Dika Soetedja, Yudi Pratama, dan Edo Fernando. Semangat mereka melimpah ruah untuk berbagi kebahagiaan lewat dua unit Vespa Pustaka tersebut.

Vespa Pustaka Tanah Ombak pertama kali digagas oleh Komunitas Tanah Ombak yang didirikan oleh Yusrizal K.W., Syuhendri, Robby W. Riyodi, dan Fahmi Akbar.

Berdiri pada tanggal 9 Juli 2014 Komunitas Tanah Ombak merupakan bentuk ikhtiar untuk membantu percepatan akses pendidikan bagi anak-anak yang bermukim di Gang III, Jalan Purus III, Kelurahan Purus Kecamatan Padang Barat.

Selama ini daerah yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari Pantai Padang itu merupakan salah satu kawasan kumuh di Padang dengan lingkungan sosial yang cenderung keras.

"Anak-anak yang ada di sini sebenarnya punya potensi yang bagus. Oleh karena itu, kami merangkul mereka lewat kegiatan seni, teater, taman bacaan, musik, dan tari di Tanah Ombak," kata salah seorang pendiri Komunitas Tanah Ombak Yusrizal K.W.

Di Tanah Ombak mereka mendapatkan pembelajaran alternatif lewat beragam kegiatan yang menyenangkan untuk mengubah perilaku negatif selama ini, katanya.

Ternyata Komunitas Tanah Ombak mendapatkan sambutan positif dari anak-anak sekitar hingga berbagai pihak. Kini, tak kurang dari 2.000 buku menjadi koleksi yang disumbangkan para donatur.

Agar akses perubahan bagi anak-anak di sepanjang pinggir pantai lebih luas, akhirnya digagas Vespa Pustaka yang bertujuan mencari pembaca dan mendatangi anak-anak untuk mau membaca buku.

Ia menepis pandangan yang menilai anak-anak tidak suka membaca karena yang terjadi selama ini buku untuk dibaca tidak ada dan edukasi juga tak pernah.

"Rasanya tidak fair karena kondisi itu anak-anak diadili tidak gemar membaca, buktinya ketika Vespa Pustaka hadir ramai peminatnya," katanya.

Hal ini juga diperparah oleh mobil pustaka yang selama ini ada tidak dapat mengakses daerah-daerah pinggiran. Oleh karena itu, Vespa Pustaka menyasar daerah yang anak-anak ramai tetapi lingkunganya tidak memungkinkan mendapatkan akses bacaan.

Sukarelawan Vespa Pustaka Robby W. Riyodi menceritakan pada awalnya ketika Vespa Pustaka datang ke suatu daerah, dirinya akan menjelaskan maksud dan tujuan kehadirannya, yaitu menyediakan buku bacaan bagi anak-anak secara gratis.

"Tempat yang akan dikunjungi biasanya disurvei terlebih dahulu dan lebih memprioritaskan daerah pinggiran yang secara sosial memiliki citra kurang baik sebagai tantangan untuk melakukan perubahan," katanya.

Ia mengaku senang mengemudikan Vespa Pustaka karena turut andil menyebar ilmu dan kesenangan pada anak-anak.

Kehadiran yang selalu dinanti membuat kami terharu karena minat baca anak-anak ternyata relatif cukup bagus, kata sosok yang akrab disapa Obe.

Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca, sukarelawan yang membacakannya.

Tidak hanya itu, untuk menghidupkan suasana mereka, tidak jarang mengajak anak-anak bernyanyi bersama. Sesekali anak-anak yang aktif di Komunitas Tanah Ombak juga dibawa ke lokasi untuk mendongeng dan menyanyi.

"Ini juga sebagai strategi agar anak-anak tertarik membaca," katanya.

Setelah 2 bulan berjalan Vespa Pustaka yang pada setiap lokasi singgah sekitar 3 jam mendapat apresiasi positif dari berbagai kalangan.

Bahkan, dalam waktu dekat, ada pihak yang membantu penambahan tiga unit vespa sehingga dengan total lima armada jangkauan untuk menumbuhkan budaya baca akan lebih luas.

Ke depan, dia berencana anak-anak yang disinggahi oleh Vespa Pustaka akan diperbolehkan membawa pulang buku yang dipinjam karena sebelumnya hanya untuk membaca di tempat.

Kabar gembira pun menghampiri Pendiri Komunitas Tanah Ombak Yusrizal K.W. dan Syuhendri yang secara resmi diundang makan siang di Istana Negara bersama Presiden RI Joko Widodo pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2017.

"Saya dapat telepon dari pihak Istana, pendiri Tanah Ombak diajak Presiden makan bersama aktivis literasi dari seluruh Indonesia," katanya.

Salah satu alasan diundang, menurut dia, karena program gerakan membaca lewat Vespa Pustaka yang dinilai cukup inovatif.

Vespa Pustaka Tanah Ombak merupakan salah satu upaya alternatif menumbuhkan minat baca dengan inovasi sederhana tetapi nyata untuk menghadirkan generasi suka membaca dan membangun tradisi intelektual sejak dini.