Jakarta, (Antara) - Struktur angkatan kerja Indonesia yang didominasi lulusan sekolah dasar akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan, kata Rektor Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) Ari Darmawan Pasek.
"Struktur angkatan kerja Indonesia terdiri atas 7,20 persen lulusan perguruan tinggi, 22,40 persen lulusan sekolah menengah dan 70,40 persen adalah lulusan sekolah dasar. Struktur ini lebih rendah daripada Malaysia," kata Ari Darmawan dalam diskusi terbatas dengan wartawan di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan tantangan utama dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah pendidikan dengan struktur angkatan kerja seperti itu, maka kebanyakan hanya jadi buruh. Sedangkan semua peluang akan diambil oleh pekerja asing.
Kondisi angkatan kerja di Indonesia yang kurang menguntungkan tersebut menjadi salah satu bahasan dalam forum International Student Energy Summit (ISES) yang diadakan di Bali pekan lalu.
"Indonesia kalah jauh dengan Malaysia yang mempunyai struktur angkatan kerja lulusan perguruan tinggi sebanyak 20,30 persen, menengah 56,3 persen dan sekolah dasar 24,30 persen,"katanya.
"Bahkan, kondisi angkatan kerja Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara Organization for Economic and Co-operation Development (OECD) lebih parah lagi. Lulusan perguruan tinggi di OECD sebanyak 40,30 persen, menengah 39,30 persen dan dasar 20,40 persen.
Ari Darmawan menuturkan, untuk mengatasi struktur angkatan kerja yang rendah itu maka pemerintah perlu mendirikan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Perguruan tinggi itu diisi dengan program studi yang lulusannya memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri nasional maupun internasional.
Ia mengatakan ITSB saat ini bekerja sama dengan Sinarmas Land dalam membuka prodi teknologi kelapa sawit dan pulp dan kertas. Beasiswa juga disediakan untuk prodi kelapa sawit dengan perusahaan tersebut sehingga setelah lulus langsung bisa bekerja dengan ikatan kerja sesuai dengan bidangnya.
Solusi lain yakni dengan memperbanyak akademi komunitas sebab akademi komunitas bisa memperbanyak lulusan diploma 1 dan 2 yang siap bekerja karena sudah mempunyai keahlian di bidangnya.
"Perguruan tinggi yang sudah ada harus disinergikan dengan akademi komunitas, sehingga lulusan sekolah menengah meningkat kompetensinya. Akademi komunitas pun bisa menjadi pengganti lulusan sarjana sebagai pemasok tenaga kerja berskill, tambahnya.(*)
Berita Terkait
BPS: Angkatan kerja meningkat 3,55 juta pada Feburari 2024
Senin, 6 Mei 2024 14:42 Wib
Dua satuan kerja Kemenkumham Sumbar penuhi syarat menuju WBK
Kamis, 2 Mei 2024 17:35 Wib
Sawahlunto Lindungi Tenaga Kerja Rentan di Desa/Kelurahan
Kamis, 2 Mei 2024 15:32 Wib
Pemkot Bukittinggi jajaki kerja sama budaya dengan Kelantan Malaysia
Rabu, 1 Mei 2024 17:36 Wib
Pemkab Agam terbitkan ratusan lembar kartu tanda pencari kerja
Rabu, 1 Mei 2024 14:25 Wib
BUMN-IBC kerja sama implementasikan ekosistem energi baru
Selasa, 30 April 2024 19:16 Wib
Indonesia-Arab Saudi perluas kerja sama bidang penerbangan
Selasa, 30 April 2024 18:57 Wib
Kementerian: Kerja sama budi daya lobster dengan Vietnam hidupkan ekosistem
Senin, 29 April 2024 23:19 Wib