Dishubkominfo Terapkan Karcis Bagi Penumpang BRT

id Dishubkominfo Terapkan Karcis Bagi Penumpang BRT

Dishubkominfo Terapkan Karcis Bagi Penumpang BRT

Padang, (Antara) - Dinas Perhubungan Komunikasi dan informatika (Dishubkominfo) Padang, Sumatera Barat (Sumbar) rencana menerapkan pakaian karcis bagi penumpang naik Bus Rapid Transit (BRT). "Masa gratis bagi penumpang BRT akan berakhir, pihaknya memberlakukan karcis pada 21 Februari 2014," kata Kepala Dishubkominfo Padang, Raju Mendrova, di Padang, Kamis. Ia menekankan BRT dilengkapi kamera kontrol berisi muatan sebanyak 40 penumpang duduk dan berdiri beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB dengan tarif tiket untuk pelajar Rp1.500 dan umum Rp3.500 "Tiket dicetak sebanyak 500 ribu lembar, para calon penumpang dapat membeli karcis di halte BRT, di kantor Dishubkominfo serta Koperasi Sumbar Jaya Trans,"ungkapnya. Dengan tiket Rp1.500 untuk pelajar dan mahasiswa, dan Rp3.500 untuk penumpang umum satu kali tujuan. BRT ini melalui jalur dari pusat kota Jalan Bagindo. Azis Chan, terus Khatib Sulaiman dan sampai batas Kota Padang di Lubuk Buaya "Ini merupakan jalur biasa dilalui bus kota jurusan 14A," jelasnya. Ia mengatakan sekarang ini BRT yang beroperasi sebanyak 9 unit, satu lagi mengalami kecelakaan di daerah Lubuk Buaya Padang sekarang masih berada di Unit Lakalantas Polresta Padang. "Kekurangan sarana dan prasarana pascapengoperasian BRT akan segera di lengkapi agar prinsip aman, nyaman terpenuhi," katanya. Ia menjelaskan jarak tempuh dari bus ini adalah 2 jam. Sedangkan waktu jarak antara antar haltenya selama 15 menit. Sementara untuk jarak tunggunya 15 detik. Walaupun satu atau dua orang bus Trans Padang tetap jalan. Dishubkominfo Padang berencana akan menambah lima unit BRT guna mengantisipasi penumpukan penumpang di halte. "Kehadiran bus Trans Padang ini sebagai upaya penataan transportasi dan peremajaan armada angkutan massal di dalam Kota Padang," ungkapnya. Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Angkutan Darat Dinas Perhubungan Kota Padang, Yudi Indra Syani, menyatakan untuk tiket BRT menggunakan tiket kertas dalam pengelolaannya. "Saat ini belum menerapkan tiket elektronik, untuk sementara menggunakan tiket kertas dalam pengelolaan," katanya. Ia menjelaskan satu lembar tiket, ada tiga bagian yang dapat dipotong. Bagian pertama adalah bonggol buku tiket yang akan menjadi bukti untuk penghitungan penjualan tiket, dan dua bagian lainnya diserahkan kepada pengguna BRT yang akan dirobek satu bagian oleh petugas saat memasuki halte. "Selanjutnya, kasir di halte akan menghitung dan membuat laporan jumlah tiket yang telah dijual," katanya. Apabila ada tiket sisa dalam buku tiket yang tidak terjual, maka akan dikembalikan ke bagian administrasitiket dan akan didistribusikan kembali setelah tiga hari kemudian. "Hasil pelaksanaan distribusi tiket di catat atau diadministrasikan," ungkapnya. (*)