Padang (ANTARA) - Pembangunan "fly over" Sitinjuau Lauik di jalur utama Kota Padang-Kabupaten Solok dipastikan memberikan multiflier effect bagi masyarakat Provinsi Sumatera Barat. Tak hanya untuk sektor transportasi dan ekonomi, namun juga ke sektor lainnya seperti wisata, sosial, budaya dan pendidikan.
Sepertihalnya proyek sebelumnya fly over Kelok Sembilan di Payakumbuh, fly over Sitinjau Lauik juga merupakan mega proyek yang menjadi solusi yang sama yakni menjawab kendala akses transportasi menuju ke Sumatera Barat khususnya masuk ke Kota Padang.
Kelok Sembilan sudah tuntas dan jalur lalu lintas Sumbar - Riau tidak lagi tersendat di kelokan itu. Dan sebentar lagi tanjakan dan kelokan Sitinjau Lauik tidak akan menjadi penghambat bila fly over itu tuntas dibagun dan beroperasi.
Kehadiran proyek Sitinjau Lauik ini hendaknya juga dimanfaatkan oleh kalangan perguruan tinggi, peneliti dan mahasiswa. Fly over yang akan memiliki empat jembatan dan satu diantaranya menggunakan teknologi cable stayed itu bisa menjadi obyek riset, penelitian dan menjadi laboratorium lapangan.
Selain oleh mereka di jurusan arsitektur dan perencanaan, juga bisa menjadi laboratorium untuk mahasiswa dan peneliti fakultas dan prodi ekonomi, hukum, kehutanan, sosiologi dan lainnya.
Tak hanya dalam proses perencanaan, konstruksi dan pembangunan fly over itu, namun juga bisa memetakan pasca operasionalnya.
Baca juga: "Fly over" Sitinjau Lauik bakal tambah jumlah jembatan "cable stayed" di Sumbar
Baca juga: Fakta unik, pasokan semen dari Semen Padang untuk "fly over" Sitinjau Lauik
Hal tersebut untuk memastikan agar pemanfaatan dan operasional fly over itu lebih maksimal dengan penataan kawasan yang tetap terjaga dan pertumbuhan kawasan terukur.
Fly over ini dibangun di deretan pegunungan Bukit Barisan dengan karakter dan geografi yang khas. Salah satunya karakter daerah rawan gempa, sehingga memerlukan teknologi khusus untuk meminimalisasi dampak gucangan.
Dipastikan dibangun dengan sejumlah tiang pancang, termasuk untuk empat menara dengan ketinggian ekstra yang akan menjadi jangkar kekuatan penahan beban gelagar jembatan yang dihubungkan oleh cable khusus dengan bahan pilihan yang kuat dan tahan lama.
Penataan kawasan juga menjadi salah satu yang perlu dukungan riset sejak awal untuk menata pemanfaatan lahan atau kawasan pasca operasional fly over itu. Hal itu juga berlaku untuk jalur lama tanjakan Sitinjau Lauik.
Fly over Sitinjuau Lauik senilai Rp2,8 triliun itu memiliki rentang panjang 2,7 kilometer yang pembangunannya menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Baca juga: Senter pemandu Tanjakan Sitinjau Lauik, sahabat para pengemudi
