BPPT Kaji Pemanfaatan DME Kurangi Impor LPG

id BPPT Kaji Pemanfaatan DME Kurangi Impor LPG

BPPT Kaji Pemanfaatan DME Kurangi Impor LPG

BPPT. (ANTARA)

Jakarta, (ANTARA) - BPPT mengkaji pencampuran LPG (Liquid Petroleum Gas) dengan Dimethyl Ether (DME) untuk keperluan rumah tangga dan transportasi dalam rangka mengurangi impor LPG. "DME adalah senyawa Ether yang memiliki karakteristik menyerupai LPG," kata Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr MAM Oktaufik pada Diskusi "DME sebagai Bahan Bakar Baru dan Bersih" di Jakarta, Senin. Ia menyebutkan, pada 2012 impor LPG mencapai sekitar 2,5 juta ton atau 50 persen dari konsumsi nasional sebesar 5,3 juta ton. DME, jelasnya, bisa bersumber dari gas alam, batubara maupun dari biomassa yang bersih, dan ramah lingkungan serta sudah dikembangkan dan dimanfaatkan di banyak negara seperti China dan Brazil untuk kebutuhan rumah tangga (kompor) dan di negara-negara Eropa untuk bahan bakar kendaraan. Sementara itu, Kepala Lab Kinerja Bahan Bakar dan Mesin Lemigas Kementerian ESDM Reza Sukaraharja mengatakan, potensi biomassa nasional sangat besar mencapai 6,2 miliar ton pada 2011 namun baru dipakai sebagai bahan bakar hanya tiga persennya yakni dari limbah pertanian dan sampah kota, belum termasuk dari hutan. Namun untuk saat ini, ujarnya, yang akan dikembangkan pemerintah adalah DME yang bersumber dari batubara terkait melimpahnya batubara rendah kalori di Indonesia dan harga batubara yang sedang jatuh di pasar internasional. "DME tidak masalah dibuat dari batubara muda berkalori rendah di bawah 5.000 kilo kalori per kg. Tiga ton batubara bisa menjadi satu ton methanol mentah untuk diproses sebagai DME," katanya. BPPT, lanjut Oktaufik, telah mengkaji dan menguji coba pemakaian campuran DME-LPG 20, 50, 80 hingga 100 persen untuk kebutuhan rumah tangga dan DME 100 persen untuk mesin diesel serta kajian infrastruktur dan modifikasi material komponennya. Pencampuran LPG dengan DME 20 persen untuk keperluan rumah tangga (kompor) tidak perlu mengubah peralatan yang sudah ada, namun perlu dimodifikasi untuk komponen seperti tabung, katup, regulator, selang dan perapat, khususnya yang berbahan karet berhubung DME bersifat merusak karet. Sedangkan DME di atas 20 persen, harus ada modifikasi komponen pendukung maupun kompornya. "Soal efisiensi DME untuk saat ini tidak terlalu penting, karena yang ditekankan di sini adalah kemandirian bangsa yakni untuk mengurangi impor LPG yang terus meningkat," katanya. Pangsa bisnis DME juga cukup menarik bagi usahawan Indonesia, karena untuk substitusi LPG sebesar 20 persen saja mencapai Rp5 triliun, ujarnya. (*/jno)