Mengubah Persepsi Minyak Jelantah Dari Mudarat Jadi Manfaat

id Minyak jelantah, unand

Mengubah Persepsi Minyak Jelantah Dari Mudarat Jadi Manfaat

Minyak jelantah. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Bagi pemahaman masyarakat umum, minyak jelantah merupakan hasil dari minyak goreng yang telah dipakai berulang-ulang sehingga membahayakan kesehatan dan wajib dibuang ke lingkungan.

Persepsi ini tidak berlebihan mengingat kandungan kimia yang ada di minyak jelantah amat membahayakan tubuh dan tergolong toksik atau beracun.

Hanya saja pemahaman ini menjadi pengetahuan sepihak tanpa mempedulikan dampak yang lebih besar bila bahan tersebut dilepas ke lingkungan.

Bagi ibu-ibu yang memasak di dapur atau para koki di restoran, dengan membuang minyak jelantah ke saluran air dinilai telah meningkatkan kelayakan sanitasi.

Padahal lingkungan yang akan menerima baik itu yang bersifat abiotik seperti air dan tanah akan tercemar serta rusak yang dampaknya secara langsung ataupun tidak akan mengancam kehidupan biota.

Bisa dibayangkan minyak goreng merupakan bahan makanan yang dipakai sehari – hari saat memasak dan diantaranya digunakan berulang sampai warnanya sudah menghitam kemudian dibuang ke saluran air yang seterusnya mengalir ke sungai atau laut yang jernih.

Secara penampakan fisika saja air yang terkena buangan minyak itu akan ikut menghitam, terlebih minyak dan air secara sifatnya juga tidak menyatu. Akibatnya biota yang menggunakan atau berhabitat dalam air itu perlahan akan meregang nyawa dan bila terjadi berkelanjutan akan menuju pada ambang kepunahan.

Hal ini terjadi karena minyak jelantah dapat menurunkan kualitas air tanah dan menyebabkan kesuburannya berkurang. Selain itu, minyak jelantah yang sudah masuk ke perairan dapat menimbukan bau yang tak sedap, menghambat cahaya matahari masuk ke perairan dan meningkatnya angka Biology Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Bagi tumbuhan di perairan akan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis biota laut. Sehingga dampak lebih luas, rantai makanan di perairan tersebut terganggu.

Secara ekonomi jelas ini akan merugikan terlebih bila itu terjadi pada wilayah ekosistem perairan yang produktif. Ada kemungkinan ikan akan mati sehingga nelayan sulit mendapatkan ikan, dan persediaan ikan terbatas.

Bila kita memilih kontradiksi terhadap persepsi tersebut jelas minyak jelantah ini seharusnya menjadi limbah yang tidak bisa dibuang langsung ke lingkungan.

Dengan kata lain masyarakat harus mulai mengubah persepsi minyak jelantah yang sia-sia atau pantas dibuang menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan atau dikelola

Menurut Dosen Fisika Bumi dan Atmosfir Universitas Andalas Afdal, membuang minyak jelantah langsung ke lingkungan itu berbahaya karena bahan tersebut termasuk kategori limbah, sehingga, membutuhkan pengelolaan efektif seperti daur ulang sebelum dilepas ke lingkungan.”

Bagi masyarakat saat ini sudah banyak informasi dan cara terkait pengelolaan minyak jelantah seperti di media sosial dan media streaming.

Terlebih sekarang sudah banyak lembaga maupun komunitas yang secara berkelanjutan mengelola minyak jelantah seperti waste4change, APSI, ISWA dan lain sebagainya.

Dalam hal ini lembaga tersebut juga secara terus menerus menggaungkan bahkan melalui riset untuk memberikan beberapa solusi untuk mengatasi limbah minyak jelantah.

Semisal menjadikan minyak jelantah sebagai bahan bakar lampu minyak, aromaterapi, cairan pembersih lantai dan lain sebagainya.

Di samping itu secara sederhana juga kita dapat melakukan tindakan pertama seperti menyaring minyak jelantah terlebih dahulu dan membekukannya di freezer sebelum dibuang ke tempat sampah.

Dengan adanya pembekuan tersebut nantinya minyak jelantah dapat didaur ulang untuk kebutuhan lainnya. Salah satu caranya dengan mengirim pada organisasi pengumpul minyak jelantah tersebut.

Bila persepsi ini sudah merasuki masyarakat, tentu penggunaan minyak goreng untuk keperluan apapun tidak akan berdampak pada kerusakan lingkungan atau kematian biota justru ada peluang usaha di dalamnya.

* Departemen Fisika Universitas Andalas