Muhammadiyah: Nilai Ihsan Tak Diaktualisasikan Suburkan Korupsi

id Muhammadiyah: Nilai Ihsan Tak Diaktualisasikan Suburkan Korupsi

Jakarta, (Antara) - Nilai-nilai ihsan yang ada dalam Islam belum diaktualisasikan dalam kehidupan bernegara, sehingga banyak pejabat yang memiliki pengetahuan tinggi dalam agama namun masih juga melakukan praktik korupsi, kata tokoh Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari. "Banyak orang dipanggil ustadz tapi korupsinya jalan terus," kata Wakil Ketua MPR RI itu pada "Pengajian Ramadhan 1434 H dan Buka Puasa Bersama" di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) yang juga dihadiri rektornya Prof Dr Suyatno dan ratusan karyawan serta dosennya di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pembelajaran agama di Indonesia lebih ditekankan pada fiqih dan ritual, sehingga wajar jika sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa ketaatan orang Indonesia dalam melakukan ritual paling tinggi dibanding negara-negara Muslim lain seperti Mesir dan Turki. "Sayang sekali metode pembelajaran pada ihsan, akhlak, moral dan etika seperti pembedaan mana yang baik dan buruk, terpuji dan tercela sangat kurang, sehingga kita lihat fenomena orang-orang yang secara ritual bagus tapi tetap melakukan penyimpangan seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, suap dan lainnya," katanya. Dalam agama, ujarnya, selain aspek aqidah dan syariah, akhlak juga ditekankan sama pentingnya, namun aspek yang terakhir ini seolah disembunyikan atau terlupakan di sekolah-sekolah agama, dengan demikian pengetahuan tentang fiqih agama tidak paralel dengan akhlak. "Sudah waktunya nilai-nilai ihsan seperti kejujuran, amanah, rasa keadilan, kerja keras yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW tidak lagi dikebelakangkan. Orang Indonesia kelemahannya di bidang etika, banyak yang tak peduli pada soal baik dan buruk meski secara ritual bagus," katanya. Dalam agama, urainya, manusia diminta menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan diminta berbuat kebajikan seolah Allah selalu mengamati, karena itu aspek "merasa selalu diawasi" harus ditanamkan dalam hati umat beragama. "Kalau sudah mengetahui mana yang benar dan salah, dan selalu berhati-hati karena merasa diawasi maka tak dibutuhkan lagi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)," ujarnya. Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais mengatakan tentang sejumlah keunggulan yang dimiliki Muhammadiyah sehingga bisa tumbuh dan berkembang pesat dalam seabad, yakni kerukunan, kerja keras dan kemandirian. (*/sun)