Petani jagung Solok Selatan mengaku hasil panen menurun, ini penyebabnya

id berita solok selatan,berita sumbar,jagung

Petani jagung Solok Selatan mengaku hasil panen menurun, ini penyebabnya

Sekelompok petani sedang melakukan pemipilan jagung yang sudah dipanen. Hasil panen jagung petani menurun akibat susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi. (Antarasumbar/Erik Ifansya Akbar)

Biasanya di lahan saya hasil panennya sekitar 1,6 hingga dua ton tetapi sekarang hanya 900 kilogram,
Padang Aro (ANTARA) - Petani jagung di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mengaku hasil panen menurun akibat susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi saat masa tanam.

Salah seorang petani di Kecamatan Sangir, Ita (42) di Padang Aro, Kamis, mengatakan, dari segi pertumbuhan tanaman jagung tidak maksimal karena tidak diberikan pupuk sehingga berimbas pada hasil produksi yang menurun cukup signifikan.

"Biasanya di lahan saya hasil panennya sekitar 1,6 hingga dua ton tetapi sekarang hanya 900 kilogram karena pertumbuhan jagung tidak maksimal," katanya.

Dia mengatakan, pemupukan jagung biasanya dilakukan dua kali yaitu saat berusia 21 hari hingga satu bulan dan saat umur 50 sampai 55 hari yang kedua.

Pupuk yang biasa digunakan, katanya jenis urea atau ZA, Ponska serta SP36 sebanyak 400 kilogram.

akan tetapi, pada Desember 2020 hingga Januari 2021 pupuk susah didapat sehingga tidak dilakukan pemupukan dan imbasnya pada hasil panen.

Petani lainnya Indra (39) mengaku hasil panen jagungnya juga menurun kali ini karena saat pemupukan hanya memberikan urea.

"Saat jagung masa pemupukan yang ada hanya urea sedangkan Ponska atau SP36 tidak ada sehingga berimbas pada hasil panen," katanya.

Dia menjelaskan, dari besar tongkol sangat berbeda antara jagung yang mendapat pupuk maksimal dengan hanya diberikan urea saja.

"Kami sudah membuat kelompok tani tetapi belum memiliki kartu tani," ujarnya.

Petani lainnya, Edi (36) mengatakan seharusnya panen kali ini merupakan kesempatan bagi petani untuk mendapat untung besar sebab harga jagung mahal.

"Sekarang harga jagung mencapai Rp5 ribu perkilonya tetapi malah hasil panen tidak maksimal," katanya.

Dia berharap, ada solusi bagi petani agar kebutuhan pupuk bersubsidi bisa dipenuhi sehingga petani tidak merugi.

Sebelumnya Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Solok Selatan, Del Irwan mengatakan kuota pupuk bersubsidi untuk petani Solok Selatan berkurang signifikan yaitu dari 9.247 ton pada 2010 menjadi 5.714 ton tahun ini.

Kebutuhan pupuk bersubsidi di Solok Selatan berdasarkan sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) pada 2021, sebanyak 19.144,93 ton tetapi yang diberikan hanya 5.714 ton.