Jakarta, (Antara) - Industri ramah lingkungan atau industri hijau merupakan salah satu usaha mendukung program pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). "Komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca membutuhkan usaha dan tindakan nyata, yang juga mencakup seluruh sektor pengemisi gas rumah kaca termasuk sektor industri," kata Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Arryanto Sagala, saat memberikan sambutan pada Launching Penghargaan Industri Hijau 2013, di Jakarta, Rabu. Arryanto mengatakan, sektor industri merupakan salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca yang berdampak buruk bagi lingkungan. "Ada delapan sektor industri yang menyumbang emisi gas rumah kaca, antara lain semen, baja, pulp dan kertas, keramik, pupuk, petrokimia, dan tekstil," ujar Arryanto. Menurut Arryanto, industri hijau merupakan salah satu langkah yang bisa diambil untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut, meskipun diperlukan investasi yang cukup besar. "Investasi yang cukup besar untuk mendukung industri hijau sangat dibutuhkan, karena perlu adanya penggantian mesin produksi yang sudah tua dengan mesin yang memiliki teknologi ramah lingkungan," ujar Arryanto. Pemerintah, lanjut Arryanto, menyadari perlu adanya skema insentif bagi industri yang melakukan penggantian teknologi atau melakukan modifikasi mesin dan peralatannya. "Pemberian insentif merupakan cara yang efisien untuk menstimulasi para pelaku industri untuk mengimplementasikan industri hijau," ujar Arryanto. Sejak tahun 2010 lalu, Kementerian Perindustrian telah memberikan penghargaan Industri Hijau kepada dunia industri yang menerapkan pola penghematan sumber daya, termasuk penggunaan bahan baku dan energi, terutama untuk energi ramah lingkungan dan terbarukan. Sejak tahun 2010 hingga 2012, tercatat kurang lebih sebanyak 160 perusahaan industri yang dengan sukarela mengikuti penghargaan industri hijau. Bentuk insentif yang diberikan oleh Kementerian Perindustrian antara lain berupa potongan harga untuk pembelian mesin baru di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, dan gula melalui program restrukturisasi permesinan. Program tersebut telah memberikan dampak yang sangat baik berupa penghematan penggunaan energi sampai 25 persen, peningkatan produktivitas hingga 17 persen, peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan efektivitas giling pada industri gula. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan tenteng perubahan iklim di Copenhagen pada 2009 silam, menyampaikan bahwa Indonesia bertekad untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020 mendatang. (*/sun)
Berita Terkait

Inovasi Hijau ITPLN Raih Penghargaan Internasional, Sabet Gold Medal di IPITEx 2025
Kamis, 20 Februari 2025 9:50 Wib

Tanam 205 Pohon Sengon di Bekas Tambang, PT Semen Padang Implementasikan Ekonomi Hijau untuk Dukung Asta Cita Pemerintah
Rabu, 19 Februari 2025 17:23 Wib

KAI Sumbar gunakan "energi hijau" di Stasiun Padang
Selasa, 18 Februari 2025 11:57 Wib

Co-Firing Biomassa di 47 PLTU PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Hijau Sepanjang 2024
Selasa, 4 Februari 2025 10:58 Wib

Anggota DPD sebut PLTS Singkarak wujudkan Sumbar jadi provinsi hijau
Kamis, 30 Januari 2025 13:04 Wib

AFR dan EBT: Strategi Hijau PT Semen Padang untuk Efisiensi dan Lingkungan
Selasa, 21 Januari 2025 13:30 Wib

Menjaga si perisai hijau untuk meredam ancaman terjangan tsunami
Senin, 23 Desember 2024 15:43 Wib

Konsisten Kembangkan Energi Hijau, PLN Group Diganjar 42 Penghargaan dari Ditjen EBTKE Kementerian ESDM
Minggu, 22 Desember 2024 13:54 Wib