Kenaikan harga tiket pesawat dan bawang merah penyumbang inflasi di Sumbar pada Mei 2020

id berita padang,berita sumbar,BPS,mae 2020,tiket pesawat,bawang merah

Kenaikan harga tiket pesawat dan bawang merah penyumbang inflasi di Sumbar pada Mei 2020

​​​​​​​Kepala BPS Sumbar Pitono. Antara/BPS Sumbar. (antarasumbar/Istimewa)

Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang hanya 0,07 persen,
Padang (ANTARA) - Kenaikan harga tiket pesawat dan bawang merah menjadi penyumbang inflasi di Sumatera Barat (Sumbar) pada Mei 2020 dengan angka indeks harga konsumen mencapai 0,63 persen.

"Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang hanya 0,07 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Pitono di Padang," Selasa.

Menurut dia pada Mei 2020 Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,66 persen dan Kota Bukittinggi 0,39 persen.

Ia memaparkan angkutan udara memiliki andil 0,42 persen terhadap indeks harga konsumen, bawang merah 0,25 persen, daging ayam ras 0,06 persen, angkutan antarkota 0,06 persen, rokok putih 0,03 persen dan daging sapi 0,03 persen,

Kemudian, ikan cakalang 0,02 persen, rokok kretek 0,01 persen, udang basah 0,01 persen dan tarif kendaraan travel 0,01 persen.

Sementara pada Mei 2020 terdapat sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu cabai merah, bawang putih, ikan tongkol, cabai hijau, telur ayam ras, jengkol, emas perhiasan, popok bayi, kangkung dan kentang.

Pada Mei 2020 dari 24 kota di Sumatera sebanyak 22 kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,20 persen dan terendah di Tanjung Pinang 0,01 persen.

Kota Padang berada di urutan keempat dari 22 kota yang mengalami inflasi di Sumatera dan urutan ketujuh secara nasional.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat mencatat inflasi di provinsi itu pada Ramadhan 2020 relatif terkendali berbeda dengan Ramadhan sebelumnya yang selalu mengalami kenaikan.

"Biasanya setiap Ramadhan selalu terjadi peningkatan inflasi, namun saat ini yang terjadi adalah deflasi 0,41 persen sehingga nilai inflasi tahunan Sumbar hanya 1,45 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Wahyu Purnama.

Menurut dia akibat pandemi COVID-19 permintaan di Sumatera Barat mengalami penurunan.

Saat ini, sedang masuk masa panen bahan pokok utama sehingga stok berlimpah, kata dia.

Kemudian dengan adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat para perantau Minang tidak pulang kampung sehingga ikut andil membuat permintaan bahan pokok turun.

"Memang ada sejumlah komoditas pokok yang mengalami kenaikan seperti bawang merah namun ini lebih karena faktor kualitas bawang Sumbar yang bagus dan banyak dijual ke luar provinsi," lanjut dia.

Ia menyampaikan Sumatera Barat turut menyuplai bawang merah untuk Sumatera sehingga harga jadi naik.