Padang (ANTARA) - Mulai langkanya keberadaan salah satu plasma Nutfah ternak Sumbar Sapi Pesisir membuat pemerintah dan ilmuwan berlomba mengantisipasi pengurangan populasi yang sebagian besar dikarenakan oleh belum sempurnanya manajemen ternak.
Pemerintah melakukan penguatan dengan salah satunya inseminasi buatan, sementara peneliti dan akademisi melakukan penguatan dalam hal perbaikan manajemen ternak dan perbaikan pakan.
Untuk daerah Sumbar hal ini dilakukan di wilayah yang potensial populasi Sapi Potong khususnya sapi pesisir seperti di Pesisir Selatan yang pada tahun 2018 populasinya mencapai 86.150 ekor.
Hal ini juga yang menjadi dasar dosen Peternakan Unand melakukan pengabdian masyarakat tentang perbaikan manajemen pemeliharaan ternak sapi di Nagari Ampang Pulai, Kecamatan XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam hal ini tiga dosen Peternakan Unand yang tergabung dalam program Dikti Ipteks Bagi Desa Mitra (IbDM) yakni Dr. Ir. Hj. Tinda Afriani, MP sebagai ketua, kemudian anggota Ir. Arif Rahmat, MS dan Dr. Ir. Mangku Mundana, MP melakukan penyuluhan tentang serta bagaimana penanaman hijauan kepada Kelompok Ternak Jasa Keluarga. Dalam Kelompok Ternak Jasa Keluarga, saat ini satu peternak memiliki 5 ekor sapi dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang.
Alasan pemilihan pada Kelompok Ternak Jasa Keluarga karena kelompok ternak sapi tersebut berorientasi pada penggemukan ternak yang akan dijual pada hari Raya Qurban . Dosen memberikan pengetahuan bagaimana cara meningkatkan berat badan pada sapi dengan pemberian hijauan yang berkualitas sehingga kelompok ternak tersebut akan mendapat keuntungan yang lebih baik. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak sesuai marwah dari pengabdian masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pada pelaksanaan pengabdian yang dihelat pada 19 Desember 2019 lalu dilakukan penyuluhan tentang penting nya pemberian hijauan pada sapi dalam ranga meningkatkan produktivitas ternak sapi.
Disamping penyuluhan juga dilakukan penanaman hijauan seperti King Grass, jenis Indigofera dan sorghum bersama dengan peternak sapi yang ada di nagari Ampang Pulai, Walinagari dan perangkat nya.
Hijauan King Grass atau Rumput Raja Salah satu jenis tanaman rumput dengan tingkat produksi tinggi yang telah banyak dikembangkan oleh peternak. Rumput raja mempunyai nama latin Pennisetum purpuphoides. Rumput raja adalah jenis rumput baru yang merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpereum) dengan pennisetum typhoides. Rumput raja merupakan jenis rumput unggul sebab mudah dibudidayakan dan memiliki potensi produksi yang tinggi. Dibandingkan rumput gajah, produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar per hektar sekali panen atau setara dengan 200-250 ton rumput segar per hektar per tahun.
Sedangkan Indigofera , tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Secara komposisi sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Dengan kandungan protein yang tinggi (26 - 31%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (Iaktasi). Disamping itu kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 - 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tanin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).
Sementara sorghum merupakan jenis tumbuhan serealia yang memiliki multifungsi sebagai pangan dan pakan. Sebagai pakan banyak digunakan untuk sapi khususnya dalam peningkatan bobot sapi. Secara komposisi Sorgum memiliki 9,5% protein, 68% karbohidrat, dan 13,4 MJ/kg energi metabolis. Sebagai pakan ternak sorgum dapat dimanfaatkan mulai dari biji, batang, dan daunnya.
Dari penelitian yang telah banyak dilakukan ketiga jenis hijauan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sapi potong khususnya sapi pesisir.
Harapannya dengan adanya hijauan yg tersedia, sapi tidak lagi dilepas kan dan dapat diikat pada suatu tempat sehingga tidak lagi makan sembarangan dan ternak dapat menkonsumsi makanan yang baik sehingga dapat mencukupi untuk kebutuhan sapi tersebut.
Pengabdian masyarakat ini dibiayai oleh Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Universitas Andalas dengan kontrak T/26/UN.16.17/PP.RPP/LPPM/2019. Serta didukung penuh oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand.
*Tim penulis : Dr. Ir. Hj. Tinda Afriani, MP sebagai ketua kemudian anggota Ir. Arif Rahmat, MS dan Dr. Ir. Mangku Mundana, MP merupakan Dosen aktif Peternakan Unand.
Berita Terkait
Peternakan domba modern di Sukabumi
Jumat, 22 Maret 2024 12:08 Wib
PkM Faterna Unand, Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Itik Pedaging Dan Petelur Di Peternakan Go Farm Kabupaten Lima Puluh Kota
Rabu, 20 Desember 2023 13:20 Wib
PKM Faterna Unand, Membantu Usaha Berkembang Peternakan Kambing PE Ashar Farm Kota Payakumbuh (Feeding Practice)
Rabu, 20 Desember 2023 12:10 Wib
PKM Faterna, Sosialisasi Pemerahan yang Higenis di Peternakan Kerbau Murrah di Nagari Kapau, Agam
Rabu, 20 Desember 2023 12:05 Wib
Potensi pengembangan peternakan sapi perah di Enrekang
Jumat, 15 Desember 2023 16:27 Wib
Pemberdayaan Masyarakat Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Di Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah Padang
Minggu, 5 November 2023 9:25 Wib
Tim Pengabdian Unand Berikan Penyuluhan Pakan dan Sanitasi Pemerahan kepada Peternakan Sapi Perah Yuza Farm
Rabu, 1 November 2023 6:08 Wib
Agam gelar gebyar peternakan-kesehatan hewan dukung optimalisasi vaksinasi
Selasa, 31 Oktober 2023 13:12 Wib