Program Rujuk Balik Permudah Akses Pasien Penyakit Kronis

id BPJS

Program Rujuk Balik Permudah Akses Pasien Penyakit Kronis

Penjelasan tentang kandungan obat oleh apoteker di Klinik Sehat Gajah Mada kepada pasien. (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi/18) (ist)

Padang, (ANTARA) - Beragam jenis obat yang terdapat dalam tiga kantong plastik ukuran sedang menjadi konsumsi rutin Ritnani (60) setiap harinya.

Ceritanya, selepas Ramadhan 1439 Hijriah lalu, warga Gang Mela Gunung Pangilun, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang tersebut sempat mengalami stroke ringan sehingga harus rutin minum obat.

Sebelumnya, ia juga didiagnosa mengalami Diabetes Mellitus dan tulang keropos sehingga dalam sebulan ia harus tiga kali konsultasi rutin kepada tiga dokter yang berbeda untuk pengobatan Diabetes, tulang keropos dan stroke ringan.

Beruntung sejak 2014, pensiunan dari salah satu kantor notaris yang ada di Padang tersebut sudah terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Pemeriksaan obat oleh apoteker Klinik Sehat Gajah Mada untuk memastikan tidak ada obat yang memiliki kandungan yang sama. (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi/18) (ist)


Sehingga Ritnani tidak mengalami kendala biaya setiap kali hendak berobat, namun tiga kantong besar obat menjadi menu rutin yang wajib diminum setiap hari.

Ritnani terdaftar sebagai peserta JKN-KIS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Klinik Sehat Gajah Mada, Gunung Pangilun.

Selain menjadi bagian dari peserta program pengelola penyakit kronis (prolanis), Ritnani juga menjadi peserta Program Rujuk Balik (PRB) berbasis Medication Therapy Management (MTM) yang diluncurkan oleh BPJS Kesehatan dan dikelola langsung oleh FKTP.

Kala itu usai Ritnani melakukan konsul rutin di salah satu RS Swasta, ia segera membawa seluruh jenis obat yang diberikan untuk dikonsultasikan dengan apoteker di Klinik Sehat Gajah Mada sebagai implementasi program rujuk balik. Program ini memang memerlukan peranan optimal dan kontinyu dari FKTP dalam mengontrol pengobatan pasien kronis

Dari konseling yang berlangsung, diketahui terdapat obat yang sama diberikan dokter saat ia melakukan konsul.
Petugas memberi penjelasan kepada pasiesn prolanis di Klinik Simpang Anduring. (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi/18) (ist)


Saat Ritnani mengecek diabetes ia mengeluhkan ada nyeri sehingga oleh dokter diberi obat penghilang nyeri. Ketika ia memeriksakan kondisi tulang kembali diberi obat nyeri namun oleh dokter yang berbeda.

"Artinya untuk obat yang sama diminum dua kali pada saat yang bersamaan, ini tidak baik," kata Apoteker Klinik Sehat Gajah Mada Rizki Andita Putra.

Saat Apoteker memeriksa malah terdapat dua item obat dengan zat aktif yang sama dari poli yang berbeda dan 3 jenis obat dengan fungsi yang sama.

Menurut apoteker jika obat tersebut dikonsumsi terlalu banyak bisa mengakibatkan pengapuran tulang kian parah dan nyerinya menjadi kebal.

Akhirnya apoteker memilah lagi dan menyarankan obat yang dikonsumsi sesuai dosis agar tidak ada kandungan yang sama.

"Alhamdulillah saya baru tahu obatnya sama, untung diperiksa oleh apoteker di klinik," katanya.

Ia mengakui setiap kali melakukan konsul mengeluhkan nyeri sehingga usai diperiksa dokter meresepkan pereda nyeri.

Ritnani pun bersyukur selama menjalani pengobatan tidak ada kendala dan mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

Pengelola Klinik Sehat Gajah Mada Nasrizal Muhammad mengatakan saat ini terdapat 412 orang peserta JKN-KIS yang terdata peserta Program Rujuk Balik dan 300 orang terdata aktif mengikuti PRB dan prolanis.

"Terutama yang komplikasi kami khawatir obat yang sama diberikan oleh dokter yang berbeda," katanya.

Para penderita penyakit kronis yang sudah komplikasi dan mengikuti Prolanis akan diidentifikasi dan diperiksa kimia darah untuk mengetahui efek samping dari konsumsi obat dalam jangka panjang.

Jika ternyata ada efek samping maka akan jadi salah satu target peserta yang dikutkan program Medication Therapy Management (MTM), kata dia.

Dengan demikian ini merupakan upaya untuk memastikan semua pasien penyakit kronis obatnya terpantau agar status kesehatannya tidak meningkat kearah komplikasi.

Lain Ritnani lagi kisah Aziza, pensiunan guru yang mengidap Diabetes sejak 2002 dan hipertensi sejak empat tahun terakhir yang juga harus berobat rutin melalui PRB ke Klinik Simpang Anduring, Padang.

Terdata sebagai peserta prolanis, Aziza selain konsul rutin sekali sebulan juga mengikuti acara senam sehat tiap hari Jum'at pagi.

Ia menyambut sangat baik adanya Program Rujuk Balik yang dilaksanakan BPJS Kesehatan sehingga kondisinya lebih terpantau.

Jadi setelah berobat ke rumah sakit dan setelah tiga bulan rujuk balik untuk memeriksa kondisinya, kata dia.

Tidak hanya itu ia pun pernah mengikuti pemeriksaan kimia darah secara gratis untuk mengecek perkembangan pengobatan peserta selama 6 bulan.

Selama menjadi peserta FKTP di Klinik Simpang Anduring ia bersyukur karena waktunya lebih fleksibel siang maupun malam.

Sementara Apoteker pendamping Klinik Simpang Anduring, Ria Afriani menyebutkan terdapat 19.800 peserta terdaftar di klinik, ada 72 orang yang aktif di prolanis dengan jumlah PRB 1.029 orang.

Untuk pasien PRB DM dan HT yang mengikuti Prolanis wajib mengikuti pemeriksaan kimia darah rutin per enam bulan, sedangkan PRB DM juga mendapatkan pemeriksaan HbA1C setiap 6 bulan di FKTP, katanya.

Ia ke depan mengupayakan agar pasien yang mengidap penyakit kronis mengikuti PRB dan PROLANIS bahkan jika sudah tiga bulan tidak datang akan dihubungi.