Karya Fiksi Mutakhir Butuh Riset

id Karya Fiksi Mutakhir Butuh Riset

Karya Fiksi Mutakhir Butuh Riset

Ilustrasi. (Antara)

Borobudur, Jawa Tengah, (Antara) - Novelis dan penyair Abidah El Khalieqy mengatakan karya fiksi mutakhir tetap membutuhkan proses riset dalam berbagai skala oleh penulisnya untuk memperdalam gagasan dan imajinasi. "Riset untuk memperdalam, memantapkan apa yang sudah dipikirkan, untuk mengisi yang belum tahu, kemudian disinergikan antara riset dengan imajinasi. Riset untuk penguat dan pelengkap data atas karya fiksi," katanya setelah berbicara pada "Apresiasi Sastra Novel dan Puisi" di Rumah Buku Duniatera Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Borobudur, Rabu. Abidah yang juga penulis novel "Perempuan Berkalung Sorban" yang terbit pada 2001 itu mengatakan penulisan karya fiksi pada zaman dahulu cenderung mengandalkan imajinasi atau khayalan penulisnya. Sejumlah karya fiksi muthakir yang masuk kategori "best seller", katanya, cenderung tidak lepas dari proses yang dijalani penulisnya melalui suatu riset. Ia menjelaskan karya fiksi yang berdasarkan riset memberikan efek terhadap pembaca, antara lain menggerakkan pembaca untuk melakukan suatu perubahan atas suatu kondisi baik secara pribadi maupun kepentingan bersama. "Karya sastra bisa menarik, kalau bersumber dari realitas sehari-hari, karya teks yang menggerakkan, memberi solusi, pencerahan. Untuk mencapai tujuan itu tidak bisa hanya berimajinasi, akan tetapi perlu riset, survei, observasi, wawancara, mengumpulkan data," kata peraih anugerah IKAPI dan Balai Bahasa Award (2008), serta Adab Award (2009) itu. Abidah yang saat ini telah menghasilkan 12 novel itu mengakui bahwa karya-karya novelnya melalui tahapan riset. "Berdasarkan hasil riset itu kemudian mendapat sentuhan sastra dan emosi penulisnya, kemudian memainkan imajinasi yang logis," katanya. Pembicara lainnya dalam acara yang diikuti ratusan siswa dan guru SMP serta SMA di Kabupaten Magelang itu, adalah penyair, dosen, dan pengamat seni pertunjukan sastra Hamdy Salad. Pada kesempatan itu, ia berbicara tentang membaca puisi yang baik, yang antara lain menyangkut pemahaman atas karya puisi, pengucapan, dan diksi. "Penting harus diperhatikan dalam pembacaan puisi, adalah vokal, tempo, artikulasi, dan penghayatan," katanya. (*/jno)