Wapres: Mutu Pendidikan Pesantren harus Ditingkatkan

id jusuf kalla, mutu, pendidikan, pesantren

Sumbawa, (Antara Sumbar) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan mutu pendidikan pesantren harus ditingkatkan terlebih lagi pesantren dengan sistem pendidikan modern dan internasional.

"Pendidikan bukan gedungnya yang penting tapi mutunya," kata Wapres Kalla pada acara peletakan batu pertama pembangunan gedung tempat tinggal guru Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa, NTB, Rabu.

Wapres mencontohkan seperti restoran, jika menu yang disajikan tidak enak meski lokasinya strategis maka orang tidak akan datang, tapi jika rumah makan tersebut makanannya enak orang berbondong datang, sama seperti pendidikan.

Misalnya Pondok Pesantren Gontor, yang sudah dikenal meskipun berada di daerah tapi karena mutunya bagus banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya kesana.

Begitu juga harapannya dengan Pesantren Dea Malela yang berada di daerah terpencil di Sumbawa yang dikelilingi oleh perbukitan dan jauh dari permukiman. Tapi jika pendidikan di Pesantren Dea Malela bermutu baik, meski lokasinya jauh orang akan datang untuk sekolah.

"Apalagi Pesantren Dea Malela karena pesantren modern dan internasional lagi. Modern artinya sesuai zamannya atau mendahului zamannya. Pendidikan harus mendahului zaman, pendidikan anak-anak itu minimal harus bermanfaat minimal 10 tahun ke depan," katanya.

Pendidikan dikatakan Wapres, harus memenuhi kebutuhan ke depan, tentunya kebutuhan di masa yang akan datang yang paling banyak adalah teknologi dan persaingan dunia internasional, keterbukaan yang luar biasa dan hubungan antarmanusia yang berubah.

Sedangkan internasional artinya keterbukaan. Dikatakan Wapres, standar itu yang sulit dicapai. Maka pentingnya menjaga mutu dan standar.

Pembina Pesantren Dea Malela Din Syamsuddin mengatakan, ponpes tersebut dibangun dengan tekad ikut membangun dunia Islam.

"Saya berkesempatan ke beberapa negara dan menyaksikan pendidikan Islam belum berjaya, karena itu, Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya Islam harus juga menjadi pusat pendidikan Islam," ujar Din.

Saat ini baru tahun pertama pendidikan di Pesantren Dea Malela dengan jumlah santri yang diterima sebanyak 60 orang dari berbagai daerah seperti Lombok juga ada dari Bogor dan sejumlah negara seperti Kamboja, Timor Leste dan lainnya. Mereka diberikan beasiswa selama tiga tahun.

Di pesantren tersebut, para santri usia sekolah dasar dan SMP itu akan belajar bahasa asing seperti Inggris, Arab dan Mandarin serta ditekankan pendidikan nilai dan akhlak. Tahun depan direncanakan akan dibuka pendidikan untuk tingkat SMA untuk putra dan putri. (*)