Sembilan Sekolah di Bandung Terima Siswa Papua

id Sembilan Sekolah di Bandung Terima Siswa Papua

Bandung, (Antara) - Sembilan SMA di Bandung menjadi sekolah pembimbing bagi 40 siswa sekolah menengah pertama asal Papua dan Papua Barat yang lolos dalam program afirmasi pendidikan menengah Kemdikbud untuk melanjutkan pendidikan di Jawa dan Bali. "Ada sembilan sekolah di kota Bandung seluruhnya sekolah swasta. sebanyak 40 siswa Papua tersebut tersebar di sembilan sekolah dan masing-masing sekolah ada yang menerima empat siswa hingga tujuh siswa," kata Koordinator Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Wilayah Jawa Barat Zulkarnaen Sinaga kepada pers di Bandung, Kamis. Sembilan sekolah swasta tersebut, yakni SMA Kristen Rehobot, SMAK Paulus, SMAK BPPK, SMAK Yahya, SMAK Kalam Kudus, SMA Kristen Advent, SMAK Pelita Bangsa, SMAK Putra Mandiri, dan SMA Badan Perguruan Indonesia 2. Zulkarnaen yang juga Kepala Sekolah SMA Kristen Rehobot mengatakan bahwa siswa siswi Papua dan Papua Barat tersebut menghadapi kesenjangan kemampuan akademik yang cukup jauh bila dibandingkan dengan siswa di sekolah yang berada di Pulau Jawa. "Anak-anak Papua tersebut di sekolahnya merupakan siswa 'ranking' 10 besar sehingga mereka bisa lolos seleksi program ADEM ke Pulau Jawa dan Bali. Meski mereka masuk 10 besar di sekolah, kenyataannya saat kegiatan belajar mengajar mereka mengalami kesulitan menangkap sejumlah mata pelajaran," ujarnya. Ia mengatakan bahwa kenyataannya memang ada disparitas mutu antara sekolah di kawasan barat dan timur sehingga sekolah perlu memberikan pelajaran tambahan dan bimbingan dari guru khusus untuk siswa siswi Papua tersebut. Zulkarnaen mencontohkan di sekolahnya SMA Kristen Rehobot menerima sebanyak tujuh anak Papua, yakni empat siswi dan tiga siswa yang memiliki prestasi cukup baik di sekolah asalnya. Namun, kenyataan saat kegiatan belajar mengajar tahun ajar baru dimulai anak-anak tersebut banyak yang mengalami kesulitan mengikuti sejumlah mata pelajaran, seperti Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan bahkan Bahasa Indonesia. Selanjutnya, pihak sekolah kemudian menyelenggarakan matrikulasi dengan guru pembimbing khusus untuk membantu para siswi tersebut mengejar ketertinggalan pelajaran. Pelajaran tambahan untuk dua mata pelajaran, yakni Bahasa Inggris dan Matematika, agar siswa siswi tersebut tidak tertinggal terlalu jauh dengan teman-temannya. Pelajaran tambahan tersebut juga ditawarkan kepada siswa Papua dari sekolah lain di Bandung, kata Zulkarnaen. "Kami hanya memberikan pelajaran tambahan untuk dua mata pelajaran dahulu sebab kalau langsung banyak mata pelajaran justru akan menjadi beban bagi anak-anak. Bisa-bisa mereka malah sakit karena terlalu banyak belajar," ujarnya. Sementara itu, Kepala Sekolah Badan Perguruan Indonesia (BPI) 2 Iding Sunardi mengatakan bahwa sekolahnya menerima empat siswa siswi asal Kaimana, Papua yang seluruhnya beragama Islam. "Anak-anak ini perlu tetap mendapat pembinaan agama ketika jauh dari orang tua dan kerabatnya. Oleh karena itu, untuk siswa Papua yang beragama Islam, ditempatkan di sekolah kami," ucapnya. Iding mengatakan bahwa keempat siswa Papua tersebut, yakni Sudirman Wariay, Nurma Batiran, Marlan Ali Hasan, dan Irwir Adena Atakia Furu sudah beradaptasi dengan siswa lain di sekolah tersebut dan aktif di sejumlah kegiatan ekstrakurikuler, seperti angklung, OSIS, futsal, dan basket serta kegiatan keagamaan di sekolah tersebut. "Kalau soal kemampuan akademik memang kami akui siswa Papua tersebut masih jauh tertinggal dengan siswa lain. Oleh karena itu, kami juga menunjuk guru pembimbing khusus untuk membantu mereka mengatasi masalah dalam pelajaran," ujarnya. Enam Provinsi Program ADEM dilaksanakan Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemdikbud, Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) serta enam dinas pendidikan provinsi, yaitu Banten, D.I. Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. "Setiap siswa selain dibebaskan dari biaya pendidikan, juga mendapat uang untuk biaya hidup sehari-hari sebesar Rp1 juta per bulan dan biaya sewa kamar," ujar Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Menengah A Budi Priadi. Program ADEM merupakan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B) dan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Hal itu didasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat 2012 berada di peringkat 29 dan IPM Provinsi Papua pada urutan 33 dari 33 provinsi (sekarang 34 provinsi) di Indonesia, tambahnya. (*/sun)