BMKG prakirakan Sumbar hujan intensitas signifikan hingga Desember

id cuaca ekstrem,musim hujan,bmkg minangkabau,potensi hujan sumbar,intensitas hujan,hujan 150 milimeter

BMKG prakirakan Sumbar hujan intensitas signifikan hingga Desember

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Padang Pariaman memprakirakan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) diguyur hujan dengan intensitas signifikan hingga Desember 2024.

"Untuk Sumatera Barat di awal November hingga Desember 2024, kondisi cuaca dan iklim berpeluang terjadi hujan yang signifikan," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan di Padang, Sabtu.

Dia mengatakan pola iklim yang terjadi di "Ranah Minang" --sebutan Sumbar-- tergolong unik dan berbeda dengan daerah lain, khususnya di Pulau Sumatra.

Tipe iklim di Provinsi Sumbar ekuatorial, artinya hampir semua wilayah provinsi itu akan merasakan hujan sepanjang tahun. Kondisi tersebut diproyeksikan BMKG terus terjadi hingga akhir 2024. Berdasarkan pendataan bulanan yang dilakukan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, intensitas curah hujan lebih dari 150 milimeter.

Ia menjelaskan salah satu hal penting diamati BMKG berupa variabilitas curah hujan harian yang mencapai 150 milimeter. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem sehingga masyarakat diminta selalu waspada hingga akhir 2024.

"Sebetulnya di Juni 2024 itu curah hujan tercatat mencapai 150 milimeter dan ini masuk kategori ekstrem dalam satu hari, dan potensi ini dapat terjadi di Sumbar hingga akhir Desember 2024," ujar dia.

Selain itu, Desindra mengatakan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas di atas 150 milimeter tersebut dapat diikuti oleh angin kencang, puting beliung, petir hingga hujan es.

Ia menjelaskan cuaca ekstrem seperti angin puting beliung, hujan dengan intensitas di atas 150 milimeter, petir dan sebagainya yang berpotensi bencana hidrometeorologi karena terjadi pertumbuhan awan-awan konvektif atau yang lebih dikenal awan komulus.

"Pertumbuhan awan ini bisa memunculkan hujan ekstrem bahkan hujan es seperti yang terjadi Solok beberapa waktu lalu," kata dia.