Padang (ANTARA) - Gordang Sambilan menjadi daya tarik yang membuat meriahnya pada malam puncak seni ekspedisi Andalas di Jorong, Sitabu, Kabupaten Pasaman Barat.
Gordang Sambilan merupakan salah satu kesenian khas Suku Mandailing, termasuk bagi masyarakat Jorong Sitabu kabupaten bagian Barat, Provinsi itu, seperti rilis diterima di Padang, Kamis.
Dalam Ekspedisi Andalas dari BEM KM UNAND menyelenggarakan agenda pengabdian di Jorong Sitabu dengan tema “Eksplorasi Bumi Bahoras untuk Menjelajahi Budaya Anak Nagari.”
Sesuai tema Ekspedisi Andalas tahun ini menyoroti kesenian dan budaya yang ada di Sitabu, seperti Gordang Sambilan dan Tarian.
Secara georafis Nagarì Sitabu berbatasan langsung dengan Sumatera Utara mempengaruhi langsung keadaan budaya masyarakat Sitabu, disana semua masyarakat bersuku Mandailing.
Ketua Pemuda atau Karang Taruna Sergio Romadhona mengungkapkan bahwa Gordang Sambilan tersebut awalnya berasal dari Mandailing, Kabupaten Madina. Kemudian Gordang Sambilan digunakan di acara adat, baralek, hari raya, dan penyambutan tamu yang datang dari pemerintahan.
Selama 12 hari berkegiatan di Sitabu dari kedatangan Rabu, (10 Juli 2024 sampai kepulangan pada Minggu , 21 Juli 2024 beberapa panitia Ekspedisi Andalas diajarkan bagaimana cara memainkan Gordang Sambilan oleh warga setempat yang sudah mahir memainkan alat musik tersebut.
Muhammad Rizky, Maulana Aji Saputra, dan Difa Dhiyahul Haq menunjukan keantusiasannya dalam latihan Gordang Sambilan yang akan ditampilkan di malam puncak seni Ekspedisi Andalas.
Malam puncak seni Ekspedisi Andalas berlangsung meriah pada Sabtu (20/7). Malam tersebut dipenuhi dengan antusias warga Nagari Bahoras untuk menyaksikan pertunjukan seni Ekspedisi Andalas.
Gordang Sambilan mengiringi penampilan tari tor-tor yang merupakan tarian khas masyarakat Mandailing. Beberapa yang tampil dalam tari tor-tor tersebut juga berasal dari panitia yang sebelumnnya diajarkan langsung oleh penari Sitabu.
Difa Dhiyahul Haq yang merupakan salah satu panitia Ekspedisi Andalas yang ikut serta memainkan Gordang Sambilang di malam puncak mengungkapkan rasa harunya.
“Sejak awal saya sangat ingin pandai memainkan alat musik tradisional mandailing, rugi rasanya kalau tidak ada kepandaian yang bisa dibawa pulang, saya merasa bangga ketika akhirnya pandai dan bisa memainkan Gordang Sambilan untuk mengiringi tarian tor tor di malam puncak,” ungkapnya.
Maulana Aji Saputra juga ikut melontarkan rasa bangganya karena berhasil memainkan Gordang Sambilan yang baginya tergolong tidak mudah.
“Memainkan Gordang Sambilan harus sesuai tempo, salah sedikit saja dapat merusak suara, dan butuh tenaga juga untuk memukul Gordang dalam waktu yang lama,” ungkapnya.*