Dialog Kebudayaan angkatan I hadirkan Kharul Jasmi

id kebudayaan

Dialog Kebudayaan angkatan I hadirkan Kharul Jasmi

Tokoh pers dan penulis asal Sumbar, Khairul Jasmi bersama anggota DPRD Sumbar, Hidayat. (ANTARA/ist)

Jakarta (ANTARA) - Dialog Kebudayaan Yang Muda Berbudaya angkatan I yang digelar Dinas Kebudayaan Sumbar dengan tema "Menulis Nilai-Nilai Adat dan Budaya di Era Digital" menghadirkan tokoh pers sekaligus penulis Khairul Jasmi, Jumat (1/9).

Khairul Jasmi memberikan motivasi tentang dunia kepenulisan secara umum hingga penulisan tentang menulis nilai-nilai adat dan kebudayaan.

"Saya tidak pernah belajar menulis, juga tidak pernah belajar di kelas tentang jurnalistik. Saya belajar di alam atau secara otodidak saja, seperti membaca tulisan orang, membaca bagaimana berita yang bagus," ujarnya.

Ia menyebut menulis tidak sama dengan mengarang. Untuk menulis, perlu bahan, untuk bahan perlu riset atau membaca. Sementara mengarang tidak akan pernah selesai.

"Menulis kebudayaan ini bisa apa saja, misalnya ada sesuatu yang menarik di suatu daerah, itu adalah kebudayaan. Sedangkan untuk mengasah cara menulis perlu juga untuk mengasah insting dan kepekaan terhadap sesuatu," ungkap Khairul.

Ia menyebut untuk menulis tentang adat perlu didudukkan konsep tentang adat itu kemudian baru menentukan apa yang akan ditulis tentang adat. "Kita harus punya materi terlebih dahulu. Kalau kebudayaan apa yang mau ditulis, karena kebudayaan itu luas, apakah tentang gaya berpakaian, kebudayaan matrilineal, apapun itu kita harus punya materi," lanjutnya.

Sementara itu anggota DPRD Sumbar, Hidayat mengatakan kegiatan itu merupakan bentuk perhatian Dinas Kebudayaan melalui pokir anggota DPRD dari fraksi Gerindra, Hidayat kepada anak-anak muda terhadap keberlangsungan nilai-nilai adat dan budaya di Sumatera Barat, terutama di zaman digital seperti sekarang ini.

"Motivasi kami mengusulkan program ini di pemerintahan Provinsi Sumatera Barat berangkat dari riset dan observasi sederhana, juga berdasarkan hasil rapat kerja kami dengan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat plus hasil aspirasi yang kami tampung langsung di tengah masyarakat, serta berbagai informasi. Atas dasar itu, ada beberapa poin yang menjadi kegelisahan bagi kami terkait persoalan identitas Sumatera Barat," katanya.

Ia mengatakan karakteristik budaya yang sedang dialami oleh tatanan sosial budaya masyarakat Sumatera Barat yaitu potensi mulai merenggangnya apresiasi, interaksi dan atraksi serta harmonisasi keberagaman budaya lintas suku dan etnik, sebagai elemen perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Potensi berikutnya yaitu mulai tidak akrabnya generasi sekarang dalam menggunakan bahasa daerah, mengenal adat istiadat dan sejarah daerah. "Ini yang saya khawatirkan, dimaana generasi muda sekarang tidak akrab terkait persoalan kekayaan warisan budaya daerah sendiri," sambungnya.

Hidayat mengatakan bahwasanya dialektika persoalan sosial kebudayaan perlu dicoba untuk disemarakkan, perlu untuk ditradisikan menjadi adaptasi kebiasaan baru, agar bangsa ini mampu bersanding dan sejajar dengan negara-negara maju. Perlu untuk berdiri tegak, karena tidak ada jalan lain, perlu untuk merawat, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal atau nilai-nilai kebudayaan milik Sumatera Barat.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, H. Syaifulloh, S.Pd.,MM menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Hidayat selaku anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, karena bersedia untuk menitipkan pokok-pokok pikirannya di kebudayaan.

"Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Hidayat sebagai inisiator kegiatan ini, walaupun kami dari Pemprov Dinas Kebudayaan sebagai pelaksana, tapi pak Hidayat mau memasukkan dan menitipkan pokok-pokok pikiran beliau di kebudayaan, itu sesuatu yang sangat kami apresiasi," ujar Syaifulloh

"Selain itu saya juga berterima kasih kepada Pak Khairul Jasmi, beliau juga wartawan senior dan banyak memberikan motivasi kepada kita untuk kebudayaan ini," lanjutnya.

Syaifulloh juga mengingatkan kepada generasi muda untuk ikut mewarisi kebudayaan, sebagaimana sesuai tema acara bahwa ada tantangan di era digital seperti sekarang ini. Untuk itu bagaimana sosialisasi, pewarisan dan melestarikan pemajuan kebudayaan, salah satunya dengan menulis nilai-nilai adat dan budaya.

Kepala Bidang Sejarah, Adat dan Nilai Tradisi, Fadhli Junaidi, S.STP menyebutkan dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah berdasarkan UUD RI 1945 pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

Fadhli juga menyatakan bahwa antusiasme anak-anak muda untuk mengikuti kegiatan ini sangatlah tinggi, hal itu dibuktikan dengan tidak cukupnya kuota dalam peregistrasian peserta.

"Antusias dari anak-anak muda ini untuk mengikuti kebudayaan memang sangat tinggi, kami posting pamflet acara ini satu hari saja, tapi yang ingin mendaftar lebih dari 100 orang. Itu baru satu hari, bayangkan kalau interval waktunya cukup lama, kami yakin pasti akan lebih banyak," terang Fadhli.*