painan (ANTARA) - Pemerintah kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Kesehatan dan jajaran puskesmas akan terus memaksimalkan pemantauan terhadap kasus gizi buruk dalam upaya agar kedepan tidak lagi ditemui kasus gizi buruk yang dialami oleh bayi dibawah lima tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Pessel, Syahrizal Antoni, mengatakan Senin (13/2) penanganan dan pencegahan kasus Balita gizi buruk merupakan salah satu prioritas yang mendapatkan perhatian serius di tahun 2023 ini.
"Agar gejala penderita gizi buruk bagi Balita bisa terpantau secara dini, maka Pemkab Pessel melalui Dinas Kesehatan dan jajaran puskesmas akan terus memaksimalkan pemantauan di lapangan. Melalui upaya ini, maka kedepan tidak lagi ditemui balita Bawah Garis Merah (BGM) atau gizi buruk di daerah ini," katanya.
Pada tahun 2022 ini Pessel melalui jajarannya memiliki komitmen yang tinggi untuk membebaskan daerah itu terbebas dari BGM dan balita yang mengalami kasus gizi buruk.
"Karena melalui pemantauan maksimal petugas kesehatan dan jajaran di semua puskesmas, maka bila ditemui ada balita yang mengalami kasus BGM, bisa segera dilakukan penanganan melalui unit kerja puskesmas pada masing-masing kecamatan," katanya.
Disampaikannya bahwa gizi bawah garis merah atau yang dikenal dengan BGM adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam waktu yang cukup lama.
"Agar kasus BGM ini tidak berlanjut hingga pada kasus gizi buruk, maka penanganan dengan segera akan dilakukan oleh petugas di lapangan, atau melalui puskesmas di masing-masing unit melalui penambahan asupan gizi tersebut," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sekarang jajaran puskesmas di setiap kecamatan memang diharuskan gencar melakukan pemantauan terhadap balita BGM. Pemantauan tersebut juga merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi dalam program pembinaan gizi.
"Data dan informasi yang dihasilkan dari pemantauan ini, akan dijadikan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, serta penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi balita," ucapnya.
Sekretaris Kabupaten Pessel, Mawardi Roska, menjelaskan bahwa penanganan terhadap Balita gizi buruk memang harus dilakukan dengan serius.
"Karena masih cukup tingginya angka Balita yang mengalami kasus gizi buruk sejak tiga tahun terakhir di daerah ini, bahkan pada 2022 lalu berada pada 25,2 persen, maka perlu dilakukan penanganan secara serius," jelasnya.
Ia mengingatkan jika permasalahan gizi buruk tidak ditangani secara maksimal, maka dikhawatirkan daerah itu akan melahirkan sumber daya manusia yang lemah.
Permasalahan gizi buruk itu, kata Mawardi sudah berakumulasi, selain dipicu oleh lemahnya sumber daya orang tua memahami asupan gizi terhadap anak, hal lain yang mempengaruhi juga oleh faktor kemiskinan.
"Jadi, pemicu gizi buruk ini sudah berakumulasi. Orang tua juga terbatas informasinya soal asupan gizi, vitamin dan protein yang baik. Sayangnya, banyak diantara masyarakat yang juga tidak memaksimalkan kekayaan alam yang ada," tutupnya.
Berita Terkait
Gubernur: Korupsi berdampak buruk pada kualitas penyelenggaraan negara
Kamis, 25 April 2024 18:30 Wib
Van Dijk nilai Imbang lawan City bukan hasil yang buruk
Senin, 11 Maret 2024 6:38 Wib
Ancelotti bersyukur Real Madrid lolos meski bermain buruk
Kamis, 7 Maret 2024 9:18 Wib
Dinas Pangan Sumbar catat harga cabai merah naik signifikan
Senin, 19 Februari 2024 18:54 Wib
PBB desak Israel cegah perlakuan buruk terhadap warga Palestina
Sabtu, 20 Januari 2024 8:10 Wib
Nelayan tidak melaut akibat cuaca buruk
Kamis, 11 Januari 2024 14:36 Wib
Bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan
Selasa, 2 Januari 2024 14:55 Wib
Penampilan buruk Dortmund berlanjut saat ditahan imbang Augsburg 1-1
Minggu, 17 Desember 2023 7:10 Wib