Webinar Sumbang Duobaleh tutup kegiatan "Gebyar Hari Ibu" PW Salimah Sumatera Barat.

id Salimah, berita padang, berita sumbar

Webinar Sumbang Duobaleh tutup kegiatan "Gebyar Hari Ibu" PW Salimah Sumatera Barat.

Tangkapan layar bundo kanduang Raudha Thaib. (Antara/HO-salimah)

Padang (ANTARA) - Pimpinan Wilayah(PW) Persaudaraan Muslimah (Salimah) Sumatera Barat, menggelar acara penutup rangkaian “Gebyar Hari Ibu 2021” dengan kegiatan Webinar Sumbang Duobaleh yang menghadirkan narasumber Bundo Kanduang Sumatera Barat Puti Reno Raudha Thaib, dan materi kecantikan Merawat Wajah Tetap Segar dari Tim Wardah, Siti Jumatul Akidah.

Ketua panitia Yuni Revita melalui siaran pers yang diterima di Padang, Minggu mengatakan kegiatan ini merupakan rangkaian “Gebyar Hari Ibu" 2021 Desember yang bertemakan Sejuta Do'a dan Cinta Salimah untuk Ibu Indonesia.

Rangkaian acara tersebut berupa acara khitanan massal kerjasama antara Pimpinan Daerah ( PD ) Salimah beberapa kota/kabupaten, LAZ Yakesma dan Prokami; Webinar Ketahanan Keluarga dengan pemateri Ustadz Bendri Jaisyurrahman dan dr.Nina Kurniasih; kunjungan ke panti jompo di Tanah Datar dan Pdg Pariaman serta webinar hari Ahad ini.

Ia berharap semoga dengan rangkaian kegiatan ini , Salimah semakin dekat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Sementara itu pada sambutannya dr.Laila Isrona selaku ketua PW Salimah Sumbar, menyampaikan kegiatan Salimah dengan visinya menjadi ormas perempuan pelopor dalam meningkatkan kualitas anak, perempuan dan keluarga Indonesia berusaha mensinergikan visi ini dengan visi dan misi pemprov Sumatera Barat khususnya dalam membangun tatanan masyarakat harmonis, agamis dan berbudaya berdasarkan falsafah ABS SBK.

Dua materi yang dipaparkan menjadi pelengkap kesempurnaan dari kecantikan perempuan Minangkabau yakni menggabungkan inner beauty/kecantikan batin dan outer beauty/kecantikan lahir.

Penyajian materi Sumbang Duobaleh diharapkan agar Perempuan Minang mengetahui tentang aturan dalam berperilaku yang memuliakan dan menjaga marwah perempuan.

Materi Sumbang Duobaleh dikenalkan atau untuk mengingatkan kembali kaum perempuan Minang tentang budaya yang sesungguhnya sehingga dapat diteruskan pada generasi milenial.

Hal senada di paparkan oleh Bundo Kanduang Raudha Thaib bahwa jika istri para pejabat atau duta besar, akan dikirim untuk belajar etika di sekolah kepribadian, maka untuk perempuan Minang ini seharusnya sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Hal yang diajarkan mulai dari etika berpakaian, berbahasa, table manner dan banyak hal yang berbau kesopanan dan perbaikan kepribadian lainnya.

"Padahal di Minangkabau , kita sudah punya hal itu aturan etika yang menjaga kaum wanita Minang , dengan sebutan Sumbang Duobaleh," ujarnya.

Sumbang Duobaleh adalah undang-undang, aturan adat untuk mengatur tingkah laku seorang perempuan Minang, agar tidak menyimpang dari kodrat dan status sosialnya di dalam masyarakat. Sumbang, artinya ganjil atau janggal, adalah perbuatan yang kurang baik dan harus dihindari oleh perempuan di Minangkabau karena akan mendatangkan malu bagi suku dan kaumnya. Perempuan yang sering melakukan Sumbang Duobaleh dianggap sebagai perempuan yang tidak sopan atau dalam istilah Minang indak bataratik.

Seringnya wanita melakukan perilaku sumbang akan membuat dia terjatuh ke dalam prilaku salah yang akan menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai wanita terhormat. Dua belas prilaku sumbang yang harus dihindari oleh wanita Minangkabau tersebut adalah pada saat duduak, tagak, sumbang bajalan, kato, tanyo, jawek, caliak, makan, pakai, karajo, bagaul, dan kurenah.

Sumbang Duobaleh secara umum mengatur wanita dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Jika perilaku sumbang ini dapat dihindari, maka seorang wanita dapat dipandang baik dan dihormati di dalam suku dan kaumnya.

Beberapa contoh perilaku sumbang tersebut antara lain adalah, sumbang wanita itu duduk bersila (baselo), mancangkuang ataupun mengangkang. Idealnya wanita itu duduknya bersimpuh (basimpuah). Itu adalah makna secara fisik, secara tersirat perempuan diharapkan dapat mendudukkan masalah dan menyelesaikannya dengan baik.

Selain itu sumbang bagi wanita jika memakai pakaian sempit yang membentuk lekuk-lekuk tubuhnya. Sumbang bagi perempuan berjalan sendirian, berjalan tergesa-gesa dan berjalan sambil melihat bayangan sendiri, untuk poin terakhir ini artinya hanya asyik dengan diri sendiri.

Untuk bekerja, perempuan Minang diharapkan mampu menjahit, menyulam dan memasak. Hal ini tidak hanya secara fisik namun juga secara tersirat perempuan diharapkan mampu 'menjahit' dan 'memasak' yang bermakna mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Banyak lagi contoh secara tersurat dan tersirat dari setiap perilaku dipaparkan oleh Bundo Rhauda Thaib.

Hal ini membuat peserta terkesima dan tersadar tentang kayanya adat Minang mengatur perilaku sesuai dengan agama Islam. Para peserta, yang berasal tidak hanya dari.pengurus dan anggota Salimah namun juga dari organisasi wanita lainnya seperti Bundo Kanduang Sumatera Barat, Dharma Wanita, Dosen Unand, guru dan komunitas Bundo Kanduang Mancanegara, antusias.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan dan masih bertahannya peserta hingga akhir acara.

Kegiatan ini semakin semarak dengan demostrasi penggunaan skin care oleh tim Wardah, adanya Doorprize dan diskon besar-besaran bagi anghota Salimah dan peserta webinar untuk pembelian produk Wardah.