Dayung - Mutiara/Melani jadikan Olimpiade Tokyo untuk mengukur kemampuan
Jakarta (ANTARA) - Mutiara Rahma Putri dan Melani Putri menjadikan Olimpiade Tokyo sebagai ajang untuk mengukur kemampuan sekaligus membaca peta persaingan cabang olahraga dayung pada pentas internasional.
Kedua pedayung putri Indonesia itu bakal debut di pesta olahraga terbesar di dunia tersebut pada nomor scull ganda kelas ringan putri yang berlangsung di Sea Forest Waterway, Sabtu (24/7).
"Olimpiade Tokyo adalah ajang level dunia pertama kami. Jadi, kami akan memanfaatkan sebaik mungkin untuk melihat persaingan di level dunia seperti apa dan lainnya," ujar Mutiara saat dihubungi ANTARA, Kamis malam.
Mutiara adalah peraih perunggu cabang olahraga dayung kelas ringan satu pada SEA Games Filipina 2019. Sementara Melani pernah meraih perak kelas quadruple pada ajang Asian Rowing Cup II di Korea tahun 2018.
Keduanya pun mengakui selama ini hanya merasakan persaingan di level Asia.
"Untuk itu, Olimpiade Tokyo adalah kesempatan besar untuk mengukur kemampuan. Kami akan berusaha tampil maksimal," kata Mutiara.
Lebih lanjut, baik Mutiara maupun Melani juga memanfaatkan Olimpiade Tokyo sebagai ajang persiapan menuju SEA Games Hanoi yang ditunda hingga tahun depan.
"Fokus saya tetap ke SEA Games. Jadi, saya juga akan melihat bagaimana atlet dari Asia Tenggara bersaing di Olimpiade Tokyo," tutur Mutiara.
Merujuk pada daftar peserta Olimpiade Tokyo nomor scull ganda kelas ringan putri, hanya dua negara di Asia Tenggara yang berpartisipasi, yaitu Indonesia dan Vietnam.
Sementara itu, Tim Dayung Indonesia tidak memberikan target khusus untuk Mutiara/Melani dalam Olimpiade Tokyo.
Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) berharap Mutiara/Melani dapat memaksimalkan kesempatan yang ada. Sehingga diharapkan kemampuan dan pencapaian mereka meningkat ke depannya.
Usia Mutiara dan Melani masih relatif muda. Mutiara baru berusia 17 tahun, sementara Melani 22 tahun. Mereka mendapatkan tiket Olimpiade Tokyo setelah mengikuti kualifikasi Olimpiade Zona Asia atau Asian & Oceania Continental Qualification Regatta yang digelar di Sea Forest Waterway Jepang pada awal Mei lalu dan finis posisi keempat dengan catatan waktu 7 menit 35,71 detik.
Kedua pedayung putri Indonesia itu bakal debut di pesta olahraga terbesar di dunia tersebut pada nomor scull ganda kelas ringan putri yang berlangsung di Sea Forest Waterway, Sabtu (24/7).
"Olimpiade Tokyo adalah ajang level dunia pertama kami. Jadi, kami akan memanfaatkan sebaik mungkin untuk melihat persaingan di level dunia seperti apa dan lainnya," ujar Mutiara saat dihubungi ANTARA, Kamis malam.
Mutiara adalah peraih perunggu cabang olahraga dayung kelas ringan satu pada SEA Games Filipina 2019. Sementara Melani pernah meraih perak kelas quadruple pada ajang Asian Rowing Cup II di Korea tahun 2018.
Keduanya pun mengakui selama ini hanya merasakan persaingan di level Asia.
"Untuk itu, Olimpiade Tokyo adalah kesempatan besar untuk mengukur kemampuan. Kami akan berusaha tampil maksimal," kata Mutiara.
Lebih lanjut, baik Mutiara maupun Melani juga memanfaatkan Olimpiade Tokyo sebagai ajang persiapan menuju SEA Games Hanoi yang ditunda hingga tahun depan.
"Fokus saya tetap ke SEA Games. Jadi, saya juga akan melihat bagaimana atlet dari Asia Tenggara bersaing di Olimpiade Tokyo," tutur Mutiara.
Merujuk pada daftar peserta Olimpiade Tokyo nomor scull ganda kelas ringan putri, hanya dua negara di Asia Tenggara yang berpartisipasi, yaitu Indonesia dan Vietnam.
Sementara itu, Tim Dayung Indonesia tidak memberikan target khusus untuk Mutiara/Melani dalam Olimpiade Tokyo.
Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) berharap Mutiara/Melani dapat memaksimalkan kesempatan yang ada. Sehingga diharapkan kemampuan dan pencapaian mereka meningkat ke depannya.
Usia Mutiara dan Melani masih relatif muda. Mutiara baru berusia 17 tahun, sementara Melani 22 tahun. Mereka mendapatkan tiket Olimpiade Tokyo setelah mengikuti kualifikasi Olimpiade Zona Asia atau Asian & Oceania Continental Qualification Regatta yang digelar di Sea Forest Waterway Jepang pada awal Mei lalu dan finis posisi keempat dengan catatan waktu 7 menit 35,71 detik.