Padang (ANTARA) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta pihak terkait untuk meningkatkan mitigasi bencana kecelakaan transportasi di tanjakan ekstrem Sitinjau Laut agar angka kecelakaan bisa ditekan.
"Tanjakan ekstrem Sitinjau Laut ini sudah mendunia karena banyak tayangan di platform youtube. Terkenal bukan karena hal baik tetapi karena seringnya terjadi kecelakaan. Jangan sampai ini membuat malu Indonesia," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Padang, Selasa.
Ia menyebut pihaknya banyak menerima kritikan soal penanganan risiko kecelakaan di tanjakan Sitinjau Laut yang dinilai berjalan di tempat. Tidak ada perbaikan yang signifkan.
Beberapa tahun lalu kondisinya seperti itu hingga saat ini kondisinya masih sama. Seakan-akan tidak ada tindakan penanggulangan yang dilakukan pemerintah dan pihak terkait.
"Ini akan jadi fokus kita. KNKT menginisiasi pertemuan dengan sejumlah pihak di Sumbar untuk mencari solusi konkret agar tidak ada lagi kecelakaan yang merenggut nyawa di Sitinjau Laut," ujarnya.
Sejumlah pihak seperti Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah III Sumbar, Jasa Raharja, Kepolisian, Dinas Perhubungan setempat hingga perwakilan pelaku usaha transportasi dikumpulkan KNKT untuk menjaring informasi terkait penyebab dan solusi pengurangan risiko kecelakaan di titik tersebut.
Agar solusi benar-benar bisa segera dirasakan, KNKT meminta ada rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang harus disiapkan.
Solusi jangka pendek adalah dengan menyiapkan rambu-rambu khusus sebagai pedoman bagi pengendara. Kemudian menyediakan lokasi khusus untuk pemberhentian truk menjelang turun dari Solok ke Padang di Sitinjau Laut.
Truk yang akan turun diimbau untuk berhenti di lokasi itu sejenak guna mencek kondisi kendaraan terutama rem. Kalau ada yang bermasalah, di lokasi itu juga disediakan bengkel.
Selain itu juga diharapkan ada ambulance yang stand by di sekitar Sitinjau Laut agar bila ada kecelakaan bisa segera ada tindakan.
Juga perlu disiapkan peralatan darurat yang bisa digunakan jika terjadi kecelakaan seperti alat pemotong besi, chinsaw, dongkrak dan peralatan lain.
"Ini untuk memastikan agar ada tindakan secepatnya jika terjadi kecelakaan sehingga korban jiwa bisa dihindari," katanya.
Sementara untuk solusi jangka menengah dan jangka panjang akan dijadikan rekomendasi oleh KNKT. Disampaikan pada kementerian terkait untuk ditindaklanjuti.
Sementara itu Kepala BPTD Wilayah III Sumbar, Deny Kusdyana mengatakan pihaknya memang meminta tolong agar KNKT menginvestigasi Sitinjau Lauik sebagai langkah awal untuk pembenahan guna mengurangi angka kecelakaan di kawasan itu.
"KNKT dibutuhkan untuk melakukan kajian lebih mendalam, terkait apa yang harus dilakukan di kawasan tersebut. Dengan rekomendasi yang diberikan KNKT, kita akan ditindaklanjuti sesuai tugas dan kewenangan BPTD Wilayah III Sumbar," katanya.
Deny juga mengungkapkan, pihaknya sudah menyiapkan kegiatan terkait mitigasi berdasarkan rekomendasi KNKT. Seperti menempatkan kendaraan di kawasan Lubuk Selasih. “Kendaraan ini untuk mengantisipasi kecelakaan berat. Sehingga bisa meluncur untuk mengatasi kecelakaan. Termasuk masalah kemacetan,” terangnya.
Selain itu dalam waktu dekat pihaknya akan mengupayakan memasang rambu-rambu khusus di titik-titik yang dinilai sangat rawan.***1***
Berita Terkait
KAI dan KNKT investigasi penyebab kecelakaan KA di Bandung
Jumat, 5 Januari 2024 10:30 Wib
KNKT dorong agar pembangunan pelabuhan dilengkapi dengan kantor BMKG
Rabu, 21 September 2022 11:44 Wib
KNKT rilis laporan awal investigasi Sriwijaya Air SJ 182 bulan depan
Selasa, 19 Januari 2021 10:42 Wib
Kecelakaan bus Sriwijaya diselidiki KNKT
Jumat, 27 Desember 2019 10:13 Wib
Soal JT 610, Lion Air siap laksanakan rekomendasi KNKT
Senin, 28 Oktober 2019 21:43 Wib
Ini kronologi kecelakaan Lion Air JT 610 hasil investigasi KNKT
Jumat, 25 Oktober 2019 17:39 Wib
Masih ingat kecelakaan Lion Air JT 610? KNKT temukan sembilan faktor penyebab kecelakaanya
Jumat, 25 Oktober 2019 15:49 Wib
Basarnas: Pesawat Twin Otter PK-CDC diduga jatuh setelah menabrak gunung
Selasa, 24 September 2019 15:32 Wib