Keringanan Bagi IKM Saat Pandemi, Rendang Erika Terus Berproduksi

id pertamina, IKM rendang, rendang erika, rendang payakumbuh, berita padang, berita sumbar

Keringanan Bagi IKM Saat Pandemi, Rendang Erika Terus Berproduksi

Pegawai Rendang Erika sedang memasak rendang di dapur. Antara/Iggoy El Fitra.

Padang (ANTARA) - Di kampung rendang itu, biasanya hampir setiap minggu, banyak kendaraan terparkir di tepi jalan. Baik kendaraan roda empat hingga bus pariwisata.

Namun sejak pandemi COVID-19 kondisi tersebut berubah. Wisatawan domestik hanya beberapa yang berkunjung, sedangkan wisatawan mancanegara tidak ada sama sekali.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, sejak April hingga Agustus 2020 nihil kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi itu, khususnya ke Payakumbuh.

Sejak 2018, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, dijuluki Kota Rendang, karena di sanalah tempat dibuatnya berbagai macam varian rendang yang tidak hanya berbahan daging sapi.

Pemkot Payukumbuh pun menggagas terbentuknya Kampung Rendang yang menjadi Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) rendang di kota itu.

Data Pemkot Payakumbuh, sebanyak 1.147 kilogram per hari yang diproduksi oleh 37 IKM di Kampung Rendang.

Tidak jauh dari gerbang Kampung Rendang, toko Rendang Erika sudah mulai buka sejak pagi. Toko berlantai dua dengan nuansa merah tersebut memajang berbagai macam jenis rendang di etalasenya.

Tak lama kemudian, pengendara motor singgah ke toko itu dan bertransaksi di sana lalu membeli beberapa bungkus rendang.

"Saya pilih rendang Erika ini karena favorit pembeli dan harganya cukup bersaing," kata Tasriul, pengendara itu yang akan menjual kembali rendang tersebut di tokonya di Dumai, Riau.

Tasriul mengaku, sejak pandemi pesanan konsumen memang turun, biasanya rendang yang ia belanjakan nominalnya mencapai Rp4 juta sekali belanja, namun sekarang tidak sampai sejuta.

Pemilik Rendang Erika, Firdaus mengaku, masa-masa awal pandemi tokonya sempat tutup dan produksi rendangnya berhenti.

"Kita sempat tutup, karena penjualan turun sampai 75 persen, pekerja juga terpaksa dikurangi," ujar Firdaus saat ditemui di dapur rendangnya.

Dapur rendang Erika berada tepat di belakang toko. Dari sana mengepul asap pembakaran batok kelapa, tanda aktivitas memasak rendang dimulai.

Firdaus memantau langsung pekerjaannya memasak rendang, saat itu akan diolah rendang daging suir, rendang telur, dan rendang paru.

Firdaus menjelaskan saat pandemi COVID-19, kendala yang ia hadapi tidak hanya berkurangnya pembelian rendang di gerainya, tetapi juga kesulitan mengembalikan pinjaman usaha.

Rendang Erika sudah menjadi Mitra Binaan PT Pertamina sejak 2017 dan mendapatkan pinjaman permodalan usaha setiap tahun.

Pinjaman tersebut, kata dia, dikembalikan dengan cara menyicil setiap bulan hingga lunas.

"Saat awal pandemi, pembeli berkurang, uang masuk sedikit, sementara kita harus terus mengembalikan pinjaman dari Pertamina," katanya.

Dengan kondisi demikian, Firdaus pun melaporkan kepada PT Pertamina MOR 1 dan justru mendapatkan keringanan dari mereka.

"Kita dikasih keringanan, bisa dibayar dua kali lipat bulan depan. Tapi kita tidak dipaksa untuk bayar juga. Selama ini kita baru dua kali terlambat, tapi kita tidak disanksi," terangnya.

Dengan keringanan tersebut, kata Firdaus, akhirnya ia dapat melunasi dengan membayar dua kali lipat pinjaman itu di bulan berikutnya, menyusul penjualan rendangnya yang mulai membaik.

Meskipun penjualan masih kurang 50 persen, tapi kondisinya beransur membaik dibandingkan pada awal masa pandemi.

Firdaus mengatakan, selain pinjaman modal dengan bunga sangat rendah, PT Pertamina MOR I juga membantu usahanya dalam bentuk promosi dan event.

"Ketika ada event, barang kita yang diutamakan untuk dipasarkan. Saya juga pernah diajak ikut ke Malaysia, Jerman, sampai ke Jeddah," katanya.

Kini, Firdaus berupaya terus agar tetap bertahan meskipun masih dalam masa pandemi, yakni dengan digitalisasi penjualan.

Rendang Erika yang dijual Rp60 ribu per kilogram itu, penjualannya tidak hanya melalui toko saja, tetapi juga di secara daring di toko digital dan media sosial.

Keringanan

Unit Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I, Roby Hervindo mengatakan, di awal pandemi pihaknya sudah menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) baru terkait bantuan permodalan bagi UMKM dan IKM.

"Kami memberikan keringanan terhadap mitra binaan berupa penjadwalan ulang, di mana kita menunda kewajiban membayar pinjaman, tanpa adanya denda. Misalnya bulan ini dia harus bayar, kita bisa tunda, bisa tiga sampai enam bulan ke depan," katanya.

Roby menambahkan, selama penundaan itu, mitra binaan tidak akan dikenakan denda.

Dijelaskannya, sifat dasar dari program kemitraan yakni kemudahan akses permodalan. "Dibandingkan dengan lembaga keuangan, proses dan prosedur kita sesimpel mungkin, tidak memberatkan pelaku UMKM," katanya.

Berbeda dengan lembaga keuangan, kata Roby, pihaknya tidak mencari profit dalam kegiatan itu.

Program tersebut memberikan akses permodalan bergulir super lunak, berikut pembinaan dan pengembangan usaha pada UMKM.

"Program ini spesifik didesain khusus untuk membantu, yakni memberikan permodalan maksimal 200 juta dengan masa tenor 36 bulan atau 3 tahun, biaya administrasi 3 persen per tahun," terangnya.

Kalau memang mau membantu, kenapa bentuknya pinjaman, apalagi dikenakan biaya administrasi, Roby menjawab itu dilakukan berdasarkan pengalaman yang sudah terjadi, bahwa jika sifatnya hibah atau bantuan, UMKM tidak ada motivasi untuk menggulirkan usahanya.

"Kalau sifatnya bantuan, cenderung tidak optimal. Uangnya bisa dipakai untuk kebutuhan lain. Tapi ketika sifatnya pinjaman, otomatis ada motivasi untuk menggunakannya dengan baik," jelasnya.

Sedangkan untuk 3 persen biaya administrasi, nantinya digunakan untuk biaya pelatihan, pembinaan, dan pengembangan usaha, seperti pameran UMKM skala nasional dan internasional.

Rendang Erika (Antara/Iggoy El Fitra)

Permodalan Turun

Unit Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I, Roby Hervindo mengatakan selama pandemi COVID-19 animo permintaaan permodalan UMKM di Sumatera Barat turun dibandingkan dengan provinsi lain.

"Selama pra pandemi, kita sudah sosialisasi terkait program ini, tapi di Sumbar sepertinya agak slowing down dibandingkan provinsi lainnya," kata Roby.

Ia menjelaskan, jumlah proposal yang masuk tahun 2020 tidak sampai 20 buah, sementara yang sudah diproses dan disalurkan sebanyak 10 UMKM senilai Rp3,4 miliar.

Roby berharap, UMKM di Sumbar bisa lebih tahu dengan program itu sehingga yang membutuhkan tentunya bisa ikut berpartisipasi.

Pemilik Rendang Erika, Firdaus mengaku tahun ini sudah kembali mengajukan pinjaman permodalan sebesar Rp200 juta dan sudah disetujui.

"Dari 2017 kita mengajukan pinjaman Rp75 juta, tahun ini Rp200 juta. Alhmdulillah sudah disetujui tapi belum disurvei," kata Firdaus.

Dengan kembali mendapatkan pinjaman permodalan dari PT Pertamina, Rendang Erika pun berusaha terus berproduksi walaupun masih dalam masa pandemi COVID-19.

Dari dapur, sudah tercium aroma rempah dan rendang telur. Tandanya rendang sudah siap dimasak dan dikemas.

Rendang telur yang merupakan ciri khas kota Payakumbuh itu dimasukan dalam wadah khusus kemudian dikemas menggunakan "standing pouch" bermerek Rendang Erika. Di sisi kiri terdapat label halal dan di sisi kanan ada label bertuliskan Mitra Binaan Pertamina.