Jumlah balita stunting pada 2019 di Kota Solok 1.136 balita

id stunting,bayi stunting,penyebab stunting,kota solok

Jumlah balita stunting pada 2019 di Kota Solok 1.136 balita

Tim medis Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Sukoharjo memberikan sosialiasasi pemberian gizi bayi untuk mencegah kegagalan tumbuh kembang anak (stunting) saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (2/1/2020). ANTARA FOTO/Maulana Surya/aww.

SolokĀ  (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Solok, Sumatera Barat menyatakan jumlah balita stunting pada 2019 turun dari 1.520 balita pada 2018 menjadi 1.136 balita.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Solok, Ambun Kadri melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Peppy Ledy Soffiany di Solok, Jumat, menyebutkan pada 2018 terdapat 7.171 balita sementara yang mengalami stunting 1.520 balita atau 21,2 persen, pada 2019 dari 7.192 balita sebanyak 1.136 mengalami stunting.

"Angka stunting ini signifikan menurun di 2019, jika dihitung satu persen sama halnya dengan 700 balita," kata .

Pihaknya terus menekan bayi stunting dalam meningkatkan kualitas balita di Solok.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Pepy menjelaskan pengaruh cukupnya kebutuhan gizi di 1000 hari pertama kehidupan bayi perlu diperhatikan karena ini sangat mempengaruhi perkembangan otak dan pertumbuhan kembang fisik anak kedepannya, agar tampak sempurna.

"Saat ini, kasus stunting di Solok tergolong rendah merujuk range nasional dengan standar akumulasi stunting 20 persen," ujarnya.

Menurutnya, penurunan angka ini beriringan dengan rutinnya pemberian sosialisasi kepada masyarakat, serta ibu hamil melalui posyandu dan puskesmas.

Dalam sosialisasi-sosialisasi, Dinkes menyampaikan berbagai faktor yang menyebabkan stunting, gizi, riwayat kehamilan ibu, kekurangan energi kronis pada ibu hamil, sanitasi di sekitar rumah, asap rokok, dan lainnya.

"Dilihat dari faktor penyebab stunting ini, sanitasi penyebab paling besar mempengaruhi stunting ini hingga 60 persen, karena melihat dari kebersihan air, jamban, dan lainnya," sebutnya.

Untuk kawasan Kota Solok dengan angka stunting paling tinggi terjadi di Kelurahan Tanah Garam sekitarnya.

Berbagai upaya dilakukan Dinas kesehatan Kota Solok untuk mencegah stunting dengan menyediakan pos gizi di titik daerah rawan stunting, kemudian kelurahan menggerakkan kelompok Pendukung Asi (KPASI).

Selain itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap gizi anak sekolah, Pemkot juga telah mencanangkan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT–AS) ke setiap sekolah- sekolah yang ada di Kota Solok pada 2019.

"Dengan pemberian makanan tambahan dapat meningkatkan ketahanan fisik dan kecukupan asupan gizi siswa sekolah, juga untuk pengenalan keamanan pangan pada anak-anak sejak dini," ujarnya.