Padang (ANTARA) - Sebanyak 46 dari 132 perantau Sumatera Barat (Sumbar) yang pulang dari Wamena, Papua, dan mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada Jumat sekitar pukul 01.50 WIB, merupakan anak-anak yang berusian 17 tahun ke bawah.
Menilik data Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai pihak yang memfasilitasi kepulangan 132 perantau tersebut, yang berusia di bawah 17 tahun sebanyak 46 orang. Usia anak-anak tersebut beragam, namun yang paling kecil diketahui berusia tujuh bulan.
Kedatangan perantau yang difasilitasi ACT tersebut merupakan gelombang kedua, setelah rombongan pertama difasilitasi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM) mendarat pada Kamis (3/10) sekitar pukul 20.40 WIB sebanyak 50 orang.
Salah satu perantau Yusnaniar mengaku lega sudah bisa sampai di Sumbar dengan selamat. Ia pulang bersama suami Firman (38), serta tiga orang anak.
Baca juga: Sempat dorong-dorongan pintu dengan perusuh, pelajar SMP asal Bayang ini selamat dari kerusuhan Wamena
Ia merantau ke Wamena sejak 2007 dan di sana berdagang sembako serta kebutuhan harian, tepatnya di kawasan Pasar Baru.
Ia mengaku kecemasan yang dialami ketika peristiwa kerusuhan itu terjadi pada 23 September, karena kedua anaknya sedang di sekolah.
"Satu anak saya SMP kelas 1, satu lagi kelas 2 SD. Ini yang menimbulkan kecemasan, namun saya terus berdoa demi keselamatannya dan mendatangi sekolah tersebut," katanya.
Pelaku perusuhan diketahui sempat merusak gerbang sekolah, namun beruntung anaknya selamat dan saat ditemukan sedang berkumpul bersama di dalam kelas.
Baca juga: 132 perantau Minang dari Wamena difasilitasi ACT sudah tiba di Sumbar
Pada bagian lain, Dewan Pembina ACT N Imam Akbari mengatakan pihaknya akan terus memfasilitasi kepulangan para perantau. Untuk Jumat direncanakan sebanyak 80 hingga 90 orang dari sejumlah penerbangan.
"Kami juga memantau perantau yang berangkat ke Jakarta menggunakan kapal, jika bisa diupayakan dari Jakarta ke Padang bisa menggunakan pesawat," katanya
Ia juga mengkampanyekan serta mengimbau agar kejadian serupa tidak pernah terulang lagi, tidak menimbulkan dendam, dan menjadi preseden buruk.
Sebaliknya, peristiwa itu harus menjadi momentum serta stimulan untuk merekat persatuan dan kesatuan anak bangsa, demi menyusun masa depan yang lebih baik.
Baca juga: Bersembunyi selama sejam di balik kios, Defrizul selamat dari kerusuhan Papua
Berita Terkait
Kepala Pengadilan Tinggi Padang resmikan lapangan badminton Pengadilan Negeri Batusangkar
Jumat, 26 April 2024 19:36 Wib
Kemenkeu catat penerimaan pajak di Sumbar capai Rp1,19 triliun
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
Pemkot Padang perkuat fase prabencana untuk minimalisasi korban
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
BPJS Kesehatan targetkan Sumbar predikat UHC pada 2024
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
Pemkot Pariaman peroleh PAD Rp350 juta melalui Piaman Barayo
Jumat, 26 April 2024 17:12 Wib
Pemkab Agam lakukan berbagai terobosan optimalkan PAD
Jumat, 26 April 2024 15:41 Wib
Bawaslu Pasaman Barat evaluasi panwaslu kecamatan "existing" untuk Pilkada
Jumat, 26 April 2024 15:23 Wib
Polres Agam tangkap pelaku diduga cabuli anak tirinya
Jumat, 26 April 2024 15:13 Wib