Kampung Jawa Solok masuk enam besar nasional Desa Pangan Aman

id Desa Pangan Aman,BPOM,Desa Pangan Aman Solok

Kampung Jawa Solok masuk enam besar nasional Desa Pangan Aman

Kepala BBPOM Sumbar (kanan) Martin Suhendri, Perwakilan penilai dari Kementerian (kedua dari kanan) Nyoman Martanegara, dan Wakil Wali Kota Solok, Reinier di Solok, Selasa. (Antara Sumbar/ Tri Asmaini)

Solok, (Antaranews Sumbar) - Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat berhasil masuk dalam enam besar nasional dalam penilaian Desa Pangan Aman yang diadakan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Kepala BBPOM Sumatera Barat Martin Suhendri di Solok, Selasa, menyebutkan, Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD) yang dilakukan oleh BBPOM dimaksudkan untuk menjaga stabilitas pangan nasional.

"Meskipun awalnya Kota Solok tidak termasuk nominasi, namun Kota Solok tetap berusaha memakai dana sendiri dan telah melakukan keamanan pangan ini sebelum yang lain memikirkan," ujarnya.

Ia mengapresiasi Pemkot Solok yang telah berusaha memikirkan generasi 15-20 tahun mendatang dengan menjaga pangan, semua jajanan anak sekolah di Kota Solok telah terbukti tanpa boraks, formalin dan zat berbahaya lainnya.

Rombongan tim verifikasi lapangan Desa Pangan Aman secara langsung mengunjungi Kantor Lurah Kampung Jawa. Kelurahan Kampung Jawa ini, semenjak 2017 sampai sekarang secara mandiri telah melakukan pengawasan dan berhasil menjadi Desa Pangan Aman dan masuk nominasi enam besar Nasional.

"Kami dari BBPOM sangat mengapresiasi komitmen dari Pemkot Solok dan masyarakat yang telah mewujudkan desa pangan aman," lanjutnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai yang telah mengamankan kelurahan ini di bidang pangan dan kader serta komunitas dan seluruh masyarakat yang menyukseskan GKPD di Kelurahan Kampung Jawa ini.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Solok Reinier mengatakan persoalan pangan adalah hal yang harus ditanggapi dengan keseriusan.

"Masalah pangan merupakan masalah utama dalam kehidupan manusia," ujarnya.

Menurutnya, persoalan mendasar bidang pangan bukan hanya karena ketidaktahuan, tetapi juga dari perilaku, kepedulian, perekonomian, dan lain sebagainya. Dampak buruk pangan memang tidak terlihat langsung, namun akan dirasakan di kemudian hari.

"Seluruh warung, pedagang yang ada diberikan perhatian secara terus-menerus dan berkesinambungan. Melalui BBPOM, kami mendapatkan momen yang berarti, karena ada dorongan dan motivasi sampai ke tingkat pusat, tentu Solok akan meningkatkan kekurangan lebih baik lagi," jelasnya.

Tim penilai terdiri dari BBPOM nasional dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian diketuai Nyoman Mertanegara, serta anggota Ratna wulandari, dan Sarastuti, Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Sumatera Barat Martin Suhendri dan lainnya. (*)