Pengobatan Sauqi Terbantu dari Iuran Peserta JKN-KIS

id Jkn kis

Pengobatan Sauqi Terbantu dari Iuran Peserta JKN-KIS

Kiki Ayunda (kiri) memperlihatkan Kartu Indonesia Sehat milik Sauqi. (Ist)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Kiki Ayunda sempat kaget saat mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati putra kakaknya Sauqi Putra Dylan yang dirawat di IGD Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang.

Baru beberapa hari dirawat biaya tagihan Sauqi sudah mencapai Rp36 juta dan status Sauqi belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Akibatnya biaya perawatan putra Joharza ini harus ditanggung sendiri karena terlambat mendaftar menjadi peserta JKN-KIS.

Sementara keluarga sederhana yang berasal dari Kapur Sembilan, Kabupaten Limapuluh Kota tersebut memiliki keterbatasan, di sisi lain Sauqi harus ditangani segera.

Menurut Kiki, Sauqi baru didaftarkan sebagai peserta JKN-KIS pada 14 Juli 2018 dan tentu harus menunggu 14 hari untuk bisa aktif.

Sedangkan Sauqi dibawa ke RSUP M Djamil pada 26 Juli 2018, sebelum kartu JKN-KIS nya aktif.

"Rp36 juta itu belum lagi biaya IGD hingga darah," kata dia.

Kiki mengatakan saat itu ia berharap biaya tersebut ditanggung program JKN-KIS, namun karena regulasi mengatur aktifasi 14 hari setelah pendaftaran, ia hanya bisa pasrah.

Pada awalnya Sauqi mengalami demam, sakit perut dan sakit pada lutut dan pada demam terakhir mengalami kejang.

Kiki sedikit lega karena hingga JKN-KIS Sauqi keluar biaya pengobatan ditanggulangi oleh pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Provinsi. Tidak hanya itu bantuan juga mengalir dari beragam organisasi masyarakat hingga komunitas dan donatur.

Belajar dari pengalaman itu, Kiki merasakan pentingnya terdaftar sebagai peserta JKN-KIS sebelum sakit. Bermodal bantuan tersebut, kini Sauqi sudah dibayarkan iuran hingga setahun ke depan. Tapi ia tetap berharap iuran JKN-KIS Sauqi dan masyarakat kurang mampu di daerahnya dibayarkan oleh pemerintah melalui bantuan iuran.

Saat ini kondisi Sauqi sudah mulai membaik dan dirawat di bangsal dengan jaminan JKN-KIS.

Menurut Kiki, keadaan Sauqi sempat membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter di RSUP M Djamil, namun dalam perjalanan suhu tubuh Sauqi kembali naik dan ambulan kembali membawanya ke RSUP M Djamil.

Dengan kejadian ini ia merasakan bahwa JKN-KIS penting dan mengajak masyarakat yang belum jadi peserta untuk segera mendaftar.

"Kita tidak tahu kapan sakit, biaya rumah sakit besar, kalau sudah terdaftar sangat terjamin untuk berobat," kata dia.

Bagi peserta yang menunggak ia mengajak untuk melunasi karena bisa saja sewaktu-waktu sakit.

Kepada masyarakat yang sudah menjadi peserta namun keadaannya sehat anggaplah iuran yang dibayarkan sebagai sedekah dan berbagi manfaat kepada yang lain.

Saat ini Kiki merasakan betul terbantu dengan JKN-KIS untuk menbiayai pengobatan Syauqi.

"Kalau tidak ada JKN-KIS susah juga kami sekarang," kata dia.

Ia mengatakan di daerahnya masih banyak masyarakat yag belum terdaftar karena merasa syarat mendaftar susah dan ribet serta ada perbedaan pelayanan dengan pasien umum.

"Padahal itu tidak benar, syaratnya mudah cukup KK, KTP, Buku Rekening dan isi formulir. Saat jadi pasien umum dan kini BPJS (JKN-KIS,) juga tidak ada beda pelayanannya," ungkapnya.

Kiki juga berharap BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi langsung ke daerah agar masyarakat tahu bahwa tidak ada bedanya antara peserta JKN-KIS dengan pasien umum saat berobat di fasilitas kesehatan.

Kiki kini gencar mengkampanyekan betapa pentingnya terdaftar sebagai peserta JKN-KIS kepada sanak sudara dan tetangganya di kampung. Ia pun juga berpesan untuk masyarakat yang menunggak segera melunasi iuran.