Pemkab Pesisir Selatan bantah kematian sapi di Pasar Bukit Air Haji akibat virus jembrana

id sapi

Pemkab Pesisir Selatan bantah kematian sapi di Pasar Bukit Air Haji akibat virus jembrana

Indukan sapi Pesisir yang dipelihara secara tradisional di Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan. (Antara Sumbar/Didi Someldi Putra)

Minimal sapi dilepaskan sekitar jam 09.00 WIB atau saat matahari sudah mulai terik, pada masa itu berkemungkinan kecil akan ada cacing-cacing atau bakteri yang menempel di rumput-rumput
Painan, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, memastikan matinya beberapa ekor sapi di Nagari (desa adat) Pasar Bukit Air Haji, Kecamatan Linggosari Baganti, bukan karena virus jembrana, namun karena kurangnya perawatan.

"Setelah informasi matinya puluhan ekor sapi secara mendadak kami terima, tim langsung ke lokasi ternyata sapi tersebut mati karena kurang asupan makanan dan perawatan, sehingga hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan peternak lainnya," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat, Hazrita di Painan, Jumat.

Ia menambahkan sapi yang mati tidak serentak, namun memiliki rentang waktu hingga beberapa bulan dan berjumlah hanya sekitar tiga ekor saja, bukan puluhan seperti informasi yang berkembang.

Menurutnya, kurangnya sapi-sapi di Pasar Bukit Air Haji mendapat asupan makanan karena jumlah sapi yang ada tidak seimbang dengan areal gembalaan.

Selain itu, peternak juga terbiasa melepaskan sapi-sapi mereka ke areal gembalaan pada pagi hari, padahal kegiatan tersebut cukup berisiko karena sapi berpotensi besar akan cacingan.

"Minimal sapi dilepaskan sekitar jam 09.00 WIB atau saat matahari sudah mulai terik, pada masa itu berkemungkinan kecil akan ada cacing-cacing atau bakteri yang menempel di rumput-rumput," sebutnya.

Selanjutnya karena areal gembala yang tidak sesuai dengan populasi sapi, pihaknya merekomendasikan agar peternak memberi pakan tambahan sapi-sapinya terutama pada malam hari.

Ia menyebutkan jika informasi kematian sapi-sapi tersebut benar akibat virus atau penyakit lainnya maka pihaknya akan segera mengkoordinasikannya dengan jajaran Balai Penelitian Penyakit Veteriner Bukittinggi.

Koordinasi itu diharapkan agar petugas di sana segera mendiagnosis atau menentukan jenis penyakit dengan cara meneliti gejala-gejalanya sesuai kewenangan yang dimiliki.

Menurutnya langkah-langkah tersebut mesti dilaksanakan sebagai upaya pengobatan dan pengendalian penyakit secara tepat dan cepat. (*)