Painan, (Antaranews Sumbar) - Jajaran Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IX Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat meninjau objek wisata Air Terjun Tujuh Timbulun yang berada di Nagari (Desa Adat) Lakitan Tengah, Kecamatan Lengayang, daerah setempat, Selasa.
"Peninjauan ini sengaja kami lakukan untuk mengidentifikasi potensi lingkungan di kawasan Hutan Produksi Terbatas yang bisa dimanfaatkan untuk jasa pariwisata," kata Kepala KPHP Unit IX Pesisir Selatan, Mardianto di Painan.
Selanjutnya, katanya dari proses itu diharapkan muncul keinginan masyarakat untuk bermitra dengan KPHP dalam pengelolaannya.
Kemitraan dapat dilakukan atas dasar inisiatif dari masyarakat dengan membentuk kelompok yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan menyatakan keinginan bermitra.
Selanjutnya, kata dia, baik dari KPHP, Dinas Kehutanan provinsi bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan kawasan objek wisata tersebut.
Pembangunan itu mencakup desain tapak, rencana pembangunan dan sarana dan prasarana penunjang.
Sementara itu, Wali Nagari Lakitan Tengah, Irwandi menyebutkan objek wisata Air Terjun Tujuh Timbulun dapat dijangkau dengan berjalan kaki lebih kurang selama satu jam dari pemukiman penduduk di sana.
Air terjun itu ialah Air Terjun Timbulan Palano, di lokasi terdapat air terjun setinggi 40 meter namun airnya tidak langsung jatuh atau terjun, namun mengikuti lekukan batu yang menyerupai sadel sepeda.
Selanjutnya, Timbulun Sampik sesuai dengan namanya "sampik" yang diartikan dari bahasa masyarakat setempat yakni sempit, sempit yang dimaksud bukanlah lokasinya namun air terjun setinggi 15 meter jatuh dari titik sempit sehingga dinamakan Timbulun Sampik.
Berikutnya, Timbulun Sumu-Sumu atau sumur-sumur, di lokasi terdapat lekukan yang berisi air dan yang tidak kalah indah air pada sumur-sumur itu berasal dari air terjun setinggi satu hingga dua meter.
Timbulun Barangin, di lokasi terdapat dua air terjun setinggi 25 meter.
Selanjutnya, Timbulun Golek-Golek di lokasi terdapat hamparan bebatuan berdiameter hampir 50 meter yang memungkinkan puluhan orang tidur-tiduran.
Timbulun Cik Baruak atau Timbulun Kotoran Beruk. Dinamakan demikian karena di lokasi itu terdapat kerikil yang menyerupai kotoran Beruk (Macaca nemestrina).
Terakhir ada air terjun setinggi 15 meter yang meluncur dari bebatuan. Nama timbulun diambil dari masyarakat setempat karena pada dekade 80-an yang bersangkutan terjatuh di lokasi ketika pulang dari ladangnya namun menurutnya peladang itu selamat dari kejadian tersebut. (*)
Berita Terkait
Kemenkumham Sumbar Konsultasi ke KPKNL Bukittinggi optimalkan pengelolaan Barang Milik Negara
Selasa, 30 April 2024 15:02 Wib
Inspektorat Kota Padang Panjang gelar sosialisasi pencegahan korupsi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Rabu, 3 April 2024 3:47 Wib
Mandala Finance edukasi 332 Siswa SMA/SMK keterampilan pengelolaan keuangan
Kamis, 14 Maret 2024 19:00 Wib
Padang siapkan regulasi pengelolaan sampah teknologi RDF
Rabu, 6 Maret 2024 20:05 Wib
Segera Siapkan Regulasi Operasional TPST-RDF, World Bank Dukung Pengelolaan Sampah di Padang
Rabu, 6 Maret 2024 17:58 Wib
Pejabat: Bank sampah efektif kurangi tumpukan sampah di TPA
Senin, 4 Maret 2024 16:18 Wib
Pengelolaan Keuangan Puskesmas di Padang Semakin Optimal Melalui e-Blud
Kamis, 1 Februari 2024 11:36 Wib
Indonesia akan beri contoh konkret pengelolaan air di WWF 2024
Selasa, 23 Januari 2024 20:56 Wib