Legislator: Ketegasan Indonesia Dibutuhkan Sikapi Masalah Rohingya

id Rofi Munawar

Jakarta, (Antara Sumbar) - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar meminta pemerintah Indonesia bersikap secara tegas dan resmi atas kekerasan di Myanmar terhadap etnis Rohingya.

"Indonesia sebagai sebuah negara yang bertetangga dengan Myanmar harus secara proaktif mendorong nilai-nilai perdamaian dan penyelesaian konflik yang bermartabat melalui program diplomasi maupun forum-forum internasional," tutur Rofi Munawar dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Legislator dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai apa yang terjadi di Myanmar tentu tidak bisa dilepaskan dari persoalan kawasan ASEAN karena aksi eksodus besar-besaran pengungsi Rohingya di akhir tahun 2015 menjadi persoalan yang berdampak langsung terhadap negara-negara sekitarnya.

"Prinsip-prinsip netralitas ASEAN terhadap urusan dalam negeri anggotanya harus mampu mendesak Myanmar melakukan langkah-langkah pencegahan konflik dan perlakuan kekerasan terhadap etnis Rohingya," katanya menegaskan.

Ia pun mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia tahun lalu sudah melakukan langkah-langkah mediasi terkait dengan Rohingya sehingga ada baiknya untuk mengingatkan kembali komitmen negara tersebut.

Pertemuan tersebut dihadiri Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan Menlu Myanmar U Wunna Maung Lwin yang menghasilkan sejumlah kesepakatan, termasuk di antaranya soal pengungsi Rohingya yang akan dilakukan langkah prevensi irregular migration oleh pemerintah Myanmar.

"Pada zaman informasi yang terbuka seperti saat ini, sumber informasi tidak lagi bermakna tunggal dan berjalan linier. Sensitivitas sebuah negara kawasan terhadap perilaku kekerasan yang menyebabkan korban tentu tidak hanya dengan kebijakan tanpa sikap," kata Rofi.

Serangkaian bentrokan kembali terjadi antara pasukan militer Myanmar dan sekelompok Muslim Rohingya di utara Rakhine pada akhir pekan lalu hingga menewaskan setidaknya 28 warga Muslim Rohingya serta dua tentara Myanmar.

Berdasarkan laporan, rangkaian bentrokan kuat itu bermula pada hari Sabtu (12/11) ketika militer melakukan operasi pembersihan di Rakhine yang mengakibatkan 19 warga Rohingya tewas terbunuh oleh pihak militer. (*)