PGRI Ingin Kasus Guru Dasrul Tak Berakhir Damai

id penganiayaan, guru, makasar

Jakarta, (Antara Sumbar) - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Muhamad Asmin menginginkan agar kasus penganiayaan guru SMKN 2 Makassar, Dasrul, yang dilakukan oleh murid dan orang tua murid tak berakhir damai.

"Kami ingin proses hukum terus berjalan dan tak menginginkan ada proses damai. Kami khawatir kalau damai, maka akan terjadi kejadian serupa," ujar Asmin di Jakarta, Jumat.

Hal itu juga menjadi pembelajaran kepada murid dan orang tua murid untuk tidak semena-mena terhadap guru yang sudah melakukan tugasnya sebagai pendidik.

"Jangan mentang-mentang orang tua memiliki kekuasaan atau pengaruh lalu seenaknya pada guru."

Menurut dia, berbagai upaya dilakukan oleh pihak orang tua dan murid untuk menempuh jalan damai. Pihak keluarga Dasrul pun menerima ancaman fisik dan psikis.

Meski demikian, pihaknya meminta agar Dasrul dan keluarga untuk tidak gentar, karena PGRI akan terus mengawal proses hukum kasus tersebut hingga selesai.

Sebelumnya, diberitakan seorang guru SMKN 2 Makassar, Dasrul (52) dianiaya oleh siswanya sendiri, MAS (15) dan orang tuanya, Adnan Achmad (43) saat proses belajar-mengajar di sekolah.

Penganiayaan tersebut dipicu karena siswa tak terima disuruh keluar karena tidak membawa peralatan menggambar, bukannya keluar MAS malah memaki siswa dan memicu Dasrul menepuk pundaknya yang kemudian mengenai muka siswa tersebut.

Akibat penganiayaan itu, tulang hidung Dasrul patah dan bibirnya pecah. Hingga saat ini, Dasrul belum kembali mengajar karena mengalami gangguan saraf.

Sebelumnya, tersiar kabar bahwa Guru Dasrul memaafkan perlakuan MAS, namun kemudian dibantah oleh istrinya Siti Khadijah. Siti Khadijah mengatakan dirinya tidak tahu jika dirinya dan suaminya dibawa ke ruang perdamaian.

"Kami tidak tahu kalau ternyata dibawa ke ruang diversi untuk berdamai. Kami ingin agar proses hukum terus dilanjutkan agar tak terjadi kejadian serupa di tempat lain," kata Siti.

Tak hanya mengalami gangguan saraf, Dasrul dan keluarga juga mendapat tekanan psikis dan fisik karena perkara tersebut.

"Misalnya, ada yang bilang kami dilaporkan ke Komnas HAM, tapi ternyata setelah dicek ternyata benar. Banyak teror-teror yang mengganggu ketenangan keluarga kami," keluh Siti. (*)