Tokoh Perang Belasting Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

id PERANG BELASTING 1908

Lubuk Basung, (Antara) - Tiga tokoh perang Belasting 1908, layak mendapatkan gelar pahlawan nasional dari negera Republik Indnesia atas perjuangan mereka melakukan perlawanan terhadap penjajahan belanda terhadap rakyat.

Ketiga tokoh perjuangan rakyat tersebut adalah Abdul Manan, Datuak Rajo Panghulu, dan Siti Manggopoh. Dalam rangka memperjuangkan Tokoh perjuangan tersebut mendapatkan gelar pahlawan, pemerintah Kabupaten Agam melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Agam bekerjasama dengan Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial menyeminarkan tiga tokoh tersebut.

Hal ini diungkapkan narasumber Prof Dr Asviwarman Adam, Prof Dr, Mestika Zed, Dr. Buchari Nurdin, M.Si, Prof Dr Azmi M.Ed, Prof Dr Siti Fatimah, M.Pd.

Pada saat itu, Prof Dr Azmi mengatakan, sesuai Undang-Undang Nomor 20 tahun

2009 tentang Gelar Tanda Jasa, Tanda Kehormatan dan PP Nomor 35 tahun 2010, di antaranya WNI, berjuang, integritas, serta berjasa kepada bangsa dan negara.

Untuk itu Abdul Manan, Datuak Rajo Panghulu, dan Siti Manggopoh, sudah sepatutnya

menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang untuk mengusir para penjajah.

Acara dibuka oleh Bupati Agam, diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum, Mulyadi. Rekomendasi dari hasil seminar nasional itu, sepakat mengusulkan ketiga tokoh perang belasting 1908 mendapatkan gelar pahlawan nasional. Salah satu dari tiga tokoh terkemuka dari perang tersebut adalah Haji Badul Manan.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Agam, M Khudri, seminar berjalan sangat lancar, peserta sangat antusias sampai kegiatan selesai. Melalui seminar telah a dihasilkan rekomendasi untuk mengusulkan gelar pahlawan nasional bagi ketiga tokoh pejuang perintis kemerdekaan dari Agam, Haji Abdul Manan, Datuak Rajo Panghulu, Siti Manggopoh.

Pengajuan toko perjuangan di Agam sebagai pahlawan nasional berawal dari permintaan masyarakat. Seminar ini juga bagian dari menjaring dan menyatukan pendapat, pemikiran yang tercermin dalam rangkaian sejarah perang Kamang dan perang Manggopoh di awal abad 20. (*)