Buchari Nurdin, Abdul Manan Terkemungka Melawan Belanda di Sumbar

id PERANG BELASTING 1908

Lubuk Basung, (Antara) - Narasumber seminar nasional, Buchari Nurdin, mengatakan, Haji Abdul Manan merupakan pemimpin yang sangat terkemuka dalam perlawanan rakyat menentang sistem pajak kolonial Belanda di Sumatera Barat.

"Sebagai seorang yang juga tokoh agama, ia mamapu menyatukan rakyat untuk menentang kesewenang-wenangan Belanda," kata Buchari Nurdin saat seminar nasional di Hotel Pusako Bukittinggi.

Haji Abdul Manan adalah seorang putra asli Kampung Tangah Pakan Sinayan, Kamang Magek. Ia lahir pada tahun 1838 anak kedua dari haji Ibrahim seorang pengikut tuanku yang Renceh. Ibrahim berpesan kepada anaknya Haji Abdul Manan untuk pulang meneruskan perjuangan moyangnya Tuanku Nan Renceh dengan harimau nansalapan.

Haji Abdul Manan sangat konsisten memberikan pengajarang agama kepada mudrid- muridnya, seperti mengaji, bersilat serta menanamkan semangat anti belanda, ia cenderung menyebut belanda sikapir penindas rakyat baik dengan rodi maupun tanam paksa.

Pengaruhnya sangat kuat sehingga penjajah sangat khawatir terhadap Haji Abdul Manan. Ia menentang pungutan pajak, Haji Abdul Manan juga membuka komunikasi dengan masyarakat daerah lain, dengan mengirim utusan seperti, ke Padang Panjang, Lubuk Alung, Padang, Lubuk Basung, Solok, Sawahlunto, Tiku, Suliki, Limapuluh Kota, Tanah Datar. Pengumuman Belanda 1 Maret 1908 untuk memungut pajak di tolak mentah-mentah.

Perlawanan gigih yang dikomandaoi oleh Haji Abdul Manan, membuat Belanda gusar. Akhirnya pada Minggu 15 Juni 1908 Belanda datang ke Kamang dengan kekuatan satu bataliyon yang dipimpin oleh L.C westenk untuk memberangus rakyat. Belanda bergerak dari benteng For De Kock sekitar 23.00 WIB.

Tidak rela dengan kesewenang itu Haji Abdul Manan menyusun staregi dengan orang terdekat bersama masyarakat, seperti Dt Rajo Panghulu, Pendekar Mukmin, Haji Ahmad, Syekh Jangguik, H Samad, Dt Parpatiah mengobarkan perperangan.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Agam, M Khudri, seminar berjalan sangat lancar, peserta sangat antusias sampai kegiatan selesai. Melalui seminar telah a dihasilkan rekomendasi untuk mengusulkan gelar pahlawan nasional bagi ketiga tokoh pejuang perintis kemerdekaan dari Agam, Haji Abdul Manan, Datuak Rajo Panghulu, Siti Manggopoh.

Pengajuan toko perjuangan di Agam sebagai pahlawan nasional berawal dari permintaan masyarakat. Seminar ini juga bagian dari menjaring dan menyatukan pendapat, pemikiran yang tercermin dalam rangkaian sejarah perang Kamang dan perang Manggopoh di awal abad 20. (*)