Padang, (Antara) - Komandan Korem 032/Wirabraja Brigjen TNI Widagdo Hendro S mengajak petani di Sumatera Barat (Sumbar) untuk menggunakan "System of Rice Intensification" (SRI) dan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk meningkatkan produktivitas gabah.
"Awalnya memang sulit mengajak petani yang terbiasa menggunakan sistem tanam konvensional. Namun dengan tekad yang kuat, dilihat dari hasil kerja dari Babinsa, hasilnya cukup memuaskan," terangnya usai mengunjungi Demplot Korem 032/Wirabraja di Kasang, Padang, Selasa.
Ia mengatakan pada awal mulanya tidak semua petani di Sumbar, termasuk di kawasan Demplot Korem 032/Wirabraja Kasang, tertarik mengadaptasi SRI dan PTT, alasannya takut menanggung risiko gagal panen.
Ia menerangkan, kebanyakan petani di daerah tersebut menertawakan pola SRI, yang mana penanaman bibit padinya mengunakan satu bibit satu lubang.
"Selama ini para petani menanam bibit hingga 3 sampai 4 batang per lubang, jadi waktu melihat Babinsa menanam padi dengan sistem SRI, banyak yang mencemoohkan," katanya.
Namun sekarang, lanjutnya, petani dapat melihat kenyataannya, dimana bibit yang ditanam justru tumbuh dengan baik dengan rimpang yang rimbun, karena tidak ada tanaman pesaing di dalam lubang yang sama.
Ia melanjutkan, dengan penghematan jumlah bibit pada sistem SRI, maka ongkos tani bisa ditekan hingga lebih dari 60 persen. Tidak hanya itu, sambungnya, PTT dan SRI juga akan menghemat penggunaan pupuk kimia karena lebih mengedepankan penggunaan pupuk organik.
"Ini dapat dibuktikan hematnya, biaya perawatan menjadi ringan karena jarak tanaman yang lebar hampir 25 sentimeter antartanaman, sehingga petani mudah membersihkan gulma," ujarnya.
Yang lebih penting, katanya, PTT dan SRI menjanjikan peningkatan hasil panen hingga 50 persen. Ia menyebutkan, dalam satu hektare rata-rata dapat menghasilkan 12,5 hingga 15 ton.
Korem 032/Wirabraja telah memulai program swasembada dengan menanam padi menggunakan SRI dan PTT di 112 titik pada 10 Kodimnya, dengan total lahan seluar 1.000 hektare.
Salah satu petani di Kasang, Ria Marwati (30), mengaku sebelumnya tidak percaya dengan sistem yang ditawarkan oleh Babinsa dari Korem 032/WRB, namun setelah mengikuti praktik lapangan langsung, dan diajarkan oleh Babinsa, dirinya baru merasakan kemudahan menggunakan sistem SRI.
"Dulu kami menggunakan sistem turun temurun, menanamnya pun mundur, tidak tahu tahapan penanaman, sehingga produksi padi tidak bisa ditentukan," katanyanya.
Namun sekarang setelah mencoba sendiri di tanah sendiri, dan melihat hasil yang sangat menggembirakan, dimana panen yang biasanya hanya berkisar 5 ton per hektare, dapat menjadi dua kali lipatnya, kata Ria.
"Saat ini, sudah banyak petani dari kelompok tani di wilayah kami, beralih menggunakan sistem SRI, ini berkat Pak Dandrem. Terima kasih banyak kami sudah diberikan ilmu, hingga perekonomian kami meningkat," ujarnya. (cpw3)
Berita Terkait
34 orang calon anggota panwaslu kecamatan di Pasaman Barat ikuti tes wawancara
Jumat, 17 Mei 2024 17:16 Wib
Pramuka Pasaman Barat bantu korban bencana banjir lahar Gunung Marapi
Jumat, 17 Mei 2024 17:13 Wib
Pengungsian korban erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat
Jumat, 17 Mei 2024 16:54 Wib
Baznas kirim tim BTB bantu korban bencana alam di Sumatera Barat
Jumat, 17 Mei 2024 9:20 Wib
KAI Salurkan bantuan logistik bagi korban bencana alam di Sumatera Barat
Kamis, 16 Mei 2024 20:19 Wib
Pasaman Barat turunkan 5,8 persen angka stunting dalam setahun
Kamis, 16 Mei 2024 17:50 Wib
Mensos sarankan Sumatera Barat tiru mitigasi Gunung Merapi
Kamis, 16 Mei 2024 17:13 Wib
PMI Pasaman Barat kirimkan relawan bantu bencana banjir Agam
Kamis, 16 Mei 2024 16:07 Wib