Hasto kagum Sumbar lahirkan banyak cendekiawan dan pahlawan

id Geopolitik Indonesia, hasto Kristiyanto, Sumbar lahirkan banyak pahlawan ,Pahlawan nasional sumbar, cendekiawan Sumbar

Hasto kagum Sumbar lahirkan banyak cendekiawan dan pahlawan

Hasto Kristiyanto saat memberikan kuliah umum di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Rabu (5/7/2023). (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Padang (ANTARA) - Peraih gelar doktor dari Universitas Pertahanan Hasto Kristiyanto mengaku kagum dengan Provinsi Sumatera Barat karena melahirkan banyak cendekiawan maupun pahlawan nasional yang berpengaruh pada perjalanan bangsa.

"Suatu kehormatan bagi saya bisa berada di Universitas Andalas (Unand), bumi cendekiawan dan bumi yang kami sebut mampu melahirkan pencerahan bagi arah masa depan bangsa dan negara," kata Hasto saat menyampaikan kuliah umum "Tantangan Geopolitik Mewujudkan Indonesia Emas 2045" di Unand, Padang, Sumbar, Rabu.

Apabila melihat jumlah penduduk Sumbar dan membandingkannya dengan tokoh, cendekiawan serta deretan nama-nama pahlawan nasional yang lahir dari Ranah Minang, katanya, maka provinsi tersebut meraih rekor terbanyak dari daerah lainnya.

Dalam paparan kuliah umumnya, akademisi dan alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengatakan setiap individu terlebih dahulu harus memahami seluruh konstelasi termasuk peta untuk mempelajari geopolitik sebagai ilmu kepemimpinan Indonesia.

Sebab, menurut Hasto, cukup banyak anak bangsa yang belajar ke belahan dunia bagian barat namun ketika kembali ke Tanah Air lupa bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar atau disebut juga dengan negara maritim.

"Masa depan dan kemakmuran kita ada di lautan," imbuhnya.

Bahkan, lanjutnya, jauh sebelum kondisi saat ini, sang proklamator yakni Soekarno dan Mohammad Hatta telah berpikir untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa kuat dan menguasai Samudra Hindia sebagai pintu gerbang ke arah pasifik.

Terkait posisi Sumbar yang berada dalam zona bencana alam, seperti ancaman gempa bumi dan tsunami, Hasto mengatakan hal itu sebenarnya bisa diantisipasi melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

Misalnya, perguruan tinggi seperti Universitas Andalas dapat mengirimkan dosen untuk belajar ke Jepang guna mempelajari cara negeri sakura tersebut memitigasi bencana alam.

"Saya sampaikan kepada rektor (Unand) bahwa gempa ini tidak hanya soal mitigasi, tapi ada politik tata ruang, politik bangunan, dan sebagainya," kata dia.

Sementara itu, Rektor Unand Yuliandri berharap perguruan tinggi tersebut menjadi sentral penelitian pengembangan wawasan kebangsaan, khususnya dalam mengembangkan berbagai konsep mewujudkan Indonesia Emas.

"Sebab, tantangan kita hari ini adalah bagaimana mewujudkan wawasan kebangsaan, dan hal itu mesti dimulai dari perguruan tinggi," kata Yuliandri.