Sentuhan "CINTA" PLN membuat kilang tebu rakyat bertransformasi ke energi listrik

id kilang tebu rakyat, program cinta PLN, transisi energi, beralih kelistrik Oleh Siri Antoni

Sentuhan "CINTA" PLN membuat kilang tebu rakyat bertransformasi ke energi listrik

Anggota Kelompok Inovatif Kilang Tebu Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, terlihat sedang beraktivitas melakukan pengilangan tebu, Rabu (15/3). Kini industri kilang tebu sudah mulai beralih ke mesin berbasis listrik karena mendatangkan banyak keuntungan. (ANTARA/Siri Antoni/23)

Padang (ANTARA) - Perjalanan panjang industri kilang tebu rakyat di Sumatra Barat secara berlahan akhirnya bertransformasi. Mulanya industri rumahan ini dengan cara tradisional menggunakan tenaga hewan ternak. Tiba era sesuai dengan perkembangan zaman dan transisi energi juga turut bertranformasi.

Masyarakat di Puncak Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumbar, sudah menjalankan usaha buka lahan kebun tebu dan langsung mengolahnya sampai menjadi gula.

Semula untuk memeras air batang tebu dengan cara tradisional, yaitu menggunakan tenaga kerbau menggiling batang tebu sehingga bisa mendapatkan airnya.

Cara operasinya, sebatang kayu yang dikupas kulit dan panjang ukuran 3-4 meter diletakkan pada pundak kerbau dihubungkan ke penggiling tebu. Lalu mata kerbau ditutup menggunakan tempurung kelapa yang diikat dengan kain agar kerbau patuh dan terus berjalan berputar.

Ketika kerbau berjalan, penggiling tebu juga ikut berputar. Petani memasukan batang tebu disela pertemuan batang kayu. Di bawah penggiling tebu diletakan wadah untuk menampung air tebu hasil perasan.

Cara-cara tradisional ini berlangsung lama dijalankan industri kilang tebu rakyat di kawasan Puncak Lawang, Agam. Masa itu tentu tidak ada pilihan perani.

Seiring perjalanan waktu, petani mencoba beralih menggunakan penggilingan tebu dengan dukungan mesin diesel dengan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ketika industri kilang tebu rakyat mendapat kemudahan dengan dukungan energi fosil, buktinya dalam satu hari bisa produksi sampai 1.000 kg dengan beban BBM capai Rp300 ribu.

Biaya senilai itu termasuk besar bagi petani kilang tebu rakyat di Puncak Lawang, maka tidak semua pelaku industri kilang tebu mampu.

Hal lain kalau menggunakan mesin diesel, masih dihadapkan dengan kebisingan dilingkungan, dan bisa membuat pekak telinga. Kepulan asap yang banyak pun tak terhindarkan.

Semakin kesini pergerakan harga bahan bakar minyak terus merangkak naik, ada pula yang sulit mendapatkan.

Sementara petani tentu ingin biaya produksi agak lebih ringan sehingga bisa mendapatkan untung. Kemudian lingkungan bisa nyaman dari suara mesin yang bersahutan.

Datangnya Program CINTA

Dalam suasana kekhawatiran pelaku industri kilang tebu di Matur, masuklah era transisi energi. Di Sumbar PLN Unit Induk Distribusi (UID) salah satu taglinenya program "CINTA".

Pelaku industri kilang tebu di Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, seakan mendapatkan setitik air ditengah padang pasir dengan sentuhan program CINTA oerusahaan plat merah itu.

Program Cicilan Tanpa Bunga (CINTA) yang telah diluncurkan PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat, agar meringankan beban biaya untuk beralih ke energi listrik dari penggunaan bahan babar minyak untuk mesin diesel dalam menjalankan usahanya.

"Layanan program PLN CINTA yang kami tawarkan dan disosialisasikan kepada pelaku kilang tebu. Sudah ada yang masuk permohonan. Kini sedang dalam proses," kata manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bukittinggi Zulhamdi di Matur, pada 15 Maret 2023.

Menurut dia, sangat membantu bagi pelaku industri kilang tebu rakyat apabila kesempatan program PLN CINTA ini diambil, karena tanpa bunga dan uang muka, apalagi agunan.

Persyaratannya, kata dia, tidak ribet hanya cukup mengajukan permohonan ke Unit Layanan Pelanggan (ULP) terdekat. Setelah diproses dan mendapat persetujuan, tinggal bayar cicilan bersamaan dengan membayar tagihan listrik bulanan.

Kebutuhan daya listrik untuk satu unit industri kilang tebu seperti yang sudah menerapkan sebesar 3300VA. Melalui program PLN CINTA tersebut tentu tidak membebani konsumen industri ini.

Menurut dia, hitungan bisnis bila menggunakan uang cash untuk sambung jaringan baru dengan daya cukup tinggi, tentukah jadi pertimbangan petani. Mungkin saja pelaku industri kilang tebu lebih memilih untuk diputarkan jadi tambahan modal.

Berbeda dengan penyambungan bagi rumah tangga, memang lebih memilih bayar cash karena anggarannya juga tak terlalu besar.

Manager ULP Koto Tuo Hilmy menyampaikan, pihaknya melihat efektivitas peralihan penggunaan energi tersebut, PLN gencar melakukan sosialisasi Electrifying Agriculture kepada masyarakat khususnya para pelaku usaha di sektor pertanian.

Sebab, sudah terbukti dampaknya oleh pelaku usaha di sektor pertanian tebu dalam penggantian mesin Kilang Tebu berbasis diesel ke mesin berbasis listrik tersebut.

"Banyak keuntungan bagi industri kilang tebu kalau pakai mesin berbasis listrik, di antaranya efesiensi biaya operasional, tidak bising suaranya, dan tanpa hasilkan limbah,"ujarnya.

Pemilik industri kilang tebu yang sudah bertransformasi ke energi listrik, Syafri Jamal menuturkan banyak keuntungan sejak beralih menggunakan mesin berbasis listrik.

“Alhamdulillah, sampai Maret 2023 kelompok usaha kami sudah memiliki kemajuan yang sangat bagus, kelompok tani Inovatif Tebu Serumpun kini hemat biaya operasional hingga 60 persen,” ungkapnya.

Sebelumnya, saat mesin diesel, kilang tebu harus membeli BBM jenis solar rata-rata Rp350 ribu setiap produksi satu ton tebu, namun setelah beralih ke mesin berbasis listrik hanya membeli token sekitar Rp90 ribu sampai Rp100 ribu setiap produksi satu ton tebu tersebut.

"Kami berterima kasih kepada pihak PLN memberi bantuan. Kami juga mengajak pelaku industri tebu di Lawang, Matur ini beralih ke mesin berbasis listrik. Sangat menguntungkan dibandingkan menggunakan BBM,"ajak Syafri.

Dalam kesempatan kunjungan ke sentra kebun tebu itu, Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sumbar Yenti Elfina yang memimpin rombongan mediatrip, menyampaikan program TJSL electrifying agriculture di Matur usah ada, hanya untuk tiga pilot project.

Sebab, ada keterbatasan pembiayaan juga bagi PLN, dan apalagi jumlah industri kilang tebu di Agam begitu banyak, jelas tidak akan sanggup bila melalui bantuan TJSL PLN.

Sebab, bila dihitung biaya pemasangan listrik pintar di satu industri kilang tebu sekitar Rp25-33 juta, plus pembelian mesin elektro motor dan kelengkapan lainnya, ungkapnya.

Namun, pihaknya memberikan jalan salah satunya melalui program Cicilan Tanpa Bunga untuk pemasangan. Juga bisa menghubungkan pelaku industri kilang tebu dengan lembaga keuangan, selama kelompok taninya mau.*