Simpang Empat (ANTARA) - Sabtu (12/3) siang seorang lelaki bertubuh jangkung sibuk membantu warga menyeberangi reruntuhan longsor di atas tanah yang berlumpur, berbatu dan ancaman bukit yang labil pascagempa melanda daerah Polong Anam, Talu.
Pria itu adalah Ajun Komisaris Polisi (AKP) Junaidi yang menjabat Kepala Kepolisian Sektor Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Sejak daerah itu diguncang gempa ia tidak kenal lelah membantu warga. Lelaki 49 tahun itu tidak henti-hentinya berjibaku bersama anggota membantu warga korban gempa sampai menyeberangkan warga melewati reruntuhan longsor.
Usai masa tanggap darurat bencana gempa berakhir pada 10 Maret 2022 di Pasaman Barat. Jangan kira Bang Jun begitu ia akrab dipanggil dapat tidur nyenyak dan istirahat di rumah.
Longsor di jalur Talu-Simpang Empat tepatnya di Polong Enam dan Rimbo Kejahatan berulang kali terjadi membuat akses utama menuju ibu kota Simpang Empat terputus total.
Jalan yang dilanda longsor itu merupakan satu-satunya akses jalan menuju Simpang Empat. Sementara jalan alternatif sangat sulit dan berat ditempuh dengan kendaraan.
"Sejak hari gempa saya dedikasikan diri saya membantu korban gempa untuk evakuasi, memperoleh bantuan sampai menyalurkan berbagai bantuan yang datang," kata suami dari Elida Warnis ini.
Sabtu di bawah sinar matahari yang cukup terik, pria yang memiliki tiga orang anak ini sedang sibuk mengevakuasi seorang bayi yang di kakinya terlihat terpasang infus.
Tidak terdengar sedikit pun tangisan bayi berumur tujuh bulan yang bernama Muhammad Alfarezki itu digendong oleh seorang polisi.
Bang Jun pun dengan cekatan memegang infus dan mengevakuasi bayi itu menyeberangi reruntuhan longsor di atas tanah berlumpur menuju mobil ambulan yang sudah menunggu diseberang jalan.
Bayi itu diketahui sedang mengalami deman tinggi dan harus dirujuk ke rumah sakit di Simpang Empat Pasaman Barat.
Sementara akses jalan masih terputus karena longsor yang terus berulang terjadi di daerah Polong Enam itu.
"Sejak pertama longsor, saya bersama anggota siaga di lokasi untuk percepatan pembersihan material. Melihat ada bayi, mau tak mau harus dievakuasi ke seberang jalan setelah mobil ambulan datang," katanya.
Bayi berusia tujuh bulan itu merupakan anak dari seseorang warga Kampung Melayu, Jorong Sungai Jernih, Nagari Talu, Kecamatan Talamau.
Bayi itu diketahui usai mengalami kejang dan demam. Dokter sudah memberi obat penghenti kejang lewat anus dan suntikan namun kejang tidak berhenti, disertai batuk,
Oleh sebab itu pasien dirujuk ke rumah sakit, dengan diagnosa rujukan kejang demam komplek dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah di Jambak.
Usai melakukan evakuasi bayi, pria yang menjabat sebagai Kapolsek Talamau sepuluh bulan yang lalu itu kembali mengevakuasi seorang ibu hamil melewati titik longsor pada malam hari pukul 23.25 WIB.
Ia membawa ibu itu dari Puskesmas Talu ke tempat longsor karena saat itu tidak satupun berani membawa ibu itu karena cuaca gerimis dan siap hujan lebat dengan ancaman longsor susulan.
Sesampai di lokasi longsor, ibu hamil yang diketahui bernama Fitri Muliana (36) dievakuasi pakai tandu karena kondisi ibu itu harus segera dioperasi melahirkan.
AKP Junaidi bersama anggota memikul tandu sekitar 200 meter yang di atasnya seorang ibu hamil di atas lumpur berkedalaman satu meter.
Tidak ada keraguan sedikitpun bagi perwira ini memikul tandu bersama para anggota dalam keadaan longsor dan material longsor berlahan-lahan turun dari atas bukit itu.
Dinginnya malam dan embusan angin perbukitan dianggap penambah semangat membantu ibu itu. Tak terpikirkan bahaya longsor susulan yang bisa membuat nyawa mereka melayang saat itu.
"Yang terlintas dalam benak ini hanya bagaimana membawa ibu hamil ini dengan cepat menyeberang lokasi longsor dan sampai ke rumah sakit," ujarnya.
Ibu hamil itu berasal dari Kampung kandis Jorong Tabek Sirah Nagari Talu.
Ia wajib segera dioperasi dan dirujuk ke RSUD Jambak untuk melaksanakan operasi melahirkan.
Namun terkendala jalan yang putus, namun berkat keberanian Kapolsek Talamau beserta anggota, ibu itu berhasil dievakuasi melewati jalan longsor dan di bawa ke RSUD Jambak.
Prinsip Hidup
Bagi seorang Junaidi selagi bisa bermanfaat bagi orang lain, apapun akan dilakukan selagi tidak bertentangan dengan hukum di Negara Republik Indonesia.
Lekaki yang lahir 12 Juni 1973 itu memegang teguh prinsip dalam hidupnya.
Sejak tamat pendidikan polisi Sekolah Bintara (SEBA) Polri tahun 1993/94 dan tamat Perwira Sekolah Inspektur Polisi (SIP) pada 2011 lalu ia tidak pernah mengeluh dimana pun bertugas.
Berbagai tantangan dalam bertugas telah ia lalui. Terpenting, katanya selain melaksanakan tugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, ia juga selalu berupaya berbuat baik kepada masyarakat.
"Jangan sombong, bersyukur dan yakin kalau berbuat baik akan selalu ditolong oleh Allah SWT," katanya.
Polisi ini mengatakan tidak suka menjilat hanya untuk keuntungan dan kenyamanan pribadinya. Namun selalu berbuat untuk kepentingan bersama.
Sambil berlalu ia menyebutkan kata-kata Jenderal Hoegeng "Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik," ujarnya.