Jakarta, (ANTARA) - Nadin Amizah menjadi co-sutradara untuk video klip lagu kolaborasi bersama Iwan Fals "Untukmu".
"Untukmu" merupakan salah satu lagu yang diambil dari album "Pun Aku". Album tersebut telah dirilis pada September 2021.
Nadin merupakan salah satu musisi yang terlibat dalam penggarapan album "Pun Aku". Tak hanya sebagai penyanyi tamu, Nadin juga mendapat peran lain sebagai sutradara.
"Cikal (produser) minta aku untuk menjadi sutradara video klipnya. Tapi sebenarnya, aku sedang tidak fleksibel soal eksekusi kreatif. Jadi, aku perlu untuk mengajak Sendry Alvin untuk menjadi sutradara. Aku jadi co-director aja," ujar Nadin dalam keterangan resminya dikutip Selasa.
Berbekal permintaan itu, Nadin kemudian menggarap cerita untuk video musik "Untukmu". Nadin kebagian peran untuk menciptakan ide cerita sedangkan Sendry yang mengolahnya menjadi visual yang menarik.
"Dia mengolahnya dengan sangat sempurna. Persis banget seperti apa yang aku inginkan dalam kepala," kata Nadin.
Sementara itu, Iwan Fals mengatakan bahwa Nadin sangat serius menggarap ide cerita untuk video klip terbarunya. Iwan juga cukup senang melihat hasilnya.
"Nadin begitu serius. Alur cerita untuk video musiknya dia yang bikin dengan simbol dua orang anak kecil perempuan dan laki-laki. Terus ada api unggun juga di dalamnya," ujar Iwan.
Video musik "Untukmu" diambil gambarnya di Kebun Raya Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Iwan mengaku baru pertama kali berkunjung ke tempat tersebut.
"Syutingnya seru. Saya juga kaget di Cibinong ada kebun raya, hutan kota, hutan yang kecil. Saya jadi tahu dekat rumah ada begitu," katanya.
Lagu "Untukmu" ditulis oleh Iwan
pada saat kondisi pandemi sedang mulai ganas di periode 2020-2021. Nadin kemudian diundang untuk menjadi teman duet.
"Sejak pertama kali bertemu, saya sudah bisa menangkap bahwa Nadin punya energi yang sangat positif. Sangat terasa bahwa dia sangat bersemangat menjalani pilihannya. Ketangkep juga pas dengar hasilnya ketika ia menyanyikan bagiannya di lagu ini," kata Iwan.
Untukmu sendiri mengandung kontemplasi yang dalam. Tentang bagaimana manusia menjalani konsekuensi yang dibawa oleh hidup sepanjang perjalanannya.
"Seorang manusia lahir ke dunia tanpa pernah meminta bahwa ia ingin dilahirkan. Tapi, kenyataannya terjadi. Dari kecil sampai dia dewasa dan beranak-pinak serta menjadi tua, ada banyak kewajiban yang harus dijawab," jelas Iwan.
"Pada saat jadi anak-anak, mungkin itu belum terasa. Namun seiring perjalanan waktu, berbagai macam kewajiban itu makin terasa mengintai. Dan tidak bisa dihindari. Saya menangkap bahwa sebenarnya kita bisa menjalani itu dengan gembira, seperti anak-anak yang bermain dan selalu dipenuhi keceriaan," lanjutnya.