Wanita minang berhasil duduki jabatan strategis di Mapolda Sumbar, ini profilnya

id Polda Sumbar, Padang,wanita minang,perempuan minang,berita sumbar,sumbar terkini

Wanita minang berhasil duduki jabatan strategis di Mapolda Sumbar, ini profilnya

Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Sumbar Kombes Pol drg Lisda Cancer, M. Biotech (ANTARA/ Mario Sofia Nasution)

Padang, (ANTARA) - "Perempuan jangan minta disetarakan dengan lelaki karena pada dasarnya perempuan lebih hebat dari lelaki," kata Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Sumbar, Kombes Pol drg, Lisda Cancer M.Biotech saat peringatan Hari Kartini 21 April lalu.

Perempuan berdarah Minang ini membuktikan hal tersebut dan hingga saat ini dirinya berhasil menduduki jabatan strategis di Mapolda Sumatera Barat.

Kepercayaan yang didapatkannya sebagai Kabiddokkes Polda Sumbar tentu merupakan sebuah tantangan di tengah isu kesetaraan gender semakin gencar muncul ke permukaan.

"Alhamdulillah saya profesional dalam menjalankan profesi dan hasilnya saya bisa seperti ini. Saya masih bermimpi dan termotivasi untuk terus berkarir lebih dari ini," kata wanita kelahiran Juli 1968 ini.

Puteri ketiga pasangan Lamudir Ahmad dan Hanifa ini tak menyangka sedari awal bisa berbuat lebih dan meraih apa yang didapatkan saat ini.

Peran sebagai Kabid Dokkes Polda Sumbar tentu vital dalam kondisi dunia diterjang wabah pandemi COVID-19.Butuh kerja keras, upaya serta kehati-hatian dalam menyiapkan petugas kepolisian tetap fit dan sehat dalam menjalankan tugas dan pengabdiannya.

Polisi sebagai garda terdepan tentu tidak boleh kalah dengan pandemi, mereka terus bekerja sepenuh hati mendidik masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya.

"Penerapan menggunakan masker, cuci tangan, menjaga jarak dan tidak berkumpul ini menjadi kunci, namun saat ini masyarakat mulai bosan dan di sini peran kita selalu mengingatkan dan tak bosan melakukan edukasi tentang hal ini," kata wanita asal Silungkang ini.

Ketika baru menjabat dirinya langsung membuat gebrakan, mulai dari pembenahan kantor dan menyiapkan ruang rapat yang representatif.

"Saya akan disibukkan dengan rapat membahas program dan kinerja dengan anggota sehingga ruang rapat sangat penting. Alhamdulillah dapat kita wujudkan bersama," ujarnya

Lisda sendiri sedari awalnya tak menyangka bisa sejauh ini berkarir di kepolisian. Sejak muda dirinya menjalani pendidikan formal SD, SMP dan SMA di Jakarta.

Kedua orang tuanya merupakan perantau asal Silungkang yang menetap di Jakarta. Ia dididik layaknya perempuan Minang di tengah ibu kota.

"Bapak itu awalnya sempat bingung tiba-tiba anaknya ingin berkarir di kepolisian. Kamu kuat dan yakin," katanya menirukan kata sang ayah saat akan mengikuti tes kepolisian.

Lisda sendiri menamatkan pendidikan di Pendidikan Dokter Gigi Universitas Indonesia. Dirinya sejak kuliah aktif di resimen mahasiswa dan dididik semi militer oleh senior-seniornya.

"Banyak senior dari berbagai fakultas di sana melanjutkan pengabdian sebagai TNI dan Polri dan saya mencoba peruntungan apalagi telah mengenal ilmu kedisiplinan di organisasi ini," kata dia.

Setelah menamatkan pendidikan dan akan melanjutkan pendidikan profesi dokter gigi, dirinya mendaftarkan diri sebagai peserta Sekolah Perwira (Sepa) pada 1994.

Pada umumnya selepas menamatkan pendidikan, mahasiswa kedokteran gigi akan mendaftar ke Kementerian Kesehatan untuk mengambil profesi namun saat itu dirinya mencoba masuk menjadi abdi negara.

"Alhamdulillah saat tes pertama berjalan dengan mulus dan saya diterima. Hasil tes psikologi saat ini menempatkan saya sebagai anggota Polri karena penerimaan saat itu gabung antara TNI dan Polri," kata dia

Setelah lulus dirinya mengikuti pendidikan Sepa di Lembang Bandung dan dilaluinya dengan suka cita.

Setelah itu pendidikannya bersambung di Sekolah Polwan di Jakarta selama empat bulan.

Menjalani pendidikan semi militer buat dirinya tidak sulit karena sejak kuliah dirinya telah merasakan dan menjalani hal itu.

Dirinya ditempatkan di klinik Sekolah Polwan sebagai perwira pertama atau saat itu berpangkat letnan dua saat itu.

Pada 2003 dirinya bisa mengikuti pendidikan Selapa Polri untuk mendapatkan promosi pangkat dan jabatan, semua dilaluinya dengan baik hingga ditempatkan di Biddokkes Mabes Polri.

Terakhir dirinya bertugas sebagai Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri yang bertugas mengidentifikasi korban bencana. Dirinya pertama kali terlibat di dunia forensik saat menangani para korban ledakan bom di depan Kedubes Australia, 2004.

Setelah itu dalam setiap kasus terorisme dan bencana alam maupun kecelakaan pesawat juga dilaluinya, terakhir kecelakan pesawat Lion Air PK-LQP pada 2018.

Sejak 2009, dia dan tim DVI Polri beberapa kali diminta bantuannya untuk melakukan uji forensik di sejumlah negara. Saat terjadi kebakaran hutan di Viktoria, Australia, jatuhnya pesawat Air Malaysia di Belanda, dan kecelakaan kapal nelayan Korea di perairan Rusia.

Lisda Cancer pernah diminta memberikan pelatihan untuk tim forensik Thailand, Filipina, dan Nepal.

"Banyak hal yang sudah dilalui dan saya profesional dengan tugasnya sebagai anggota Polri begitu juga sebagai istri dan ibu dari tiga anak," kata dia.

Hingga akhirnya ditugaskan oleh pimpinan mengabdi di kampung halaman tercinta yakni Polda Sumbar

"Ini tentu anugerah bisa berkarir dan mengabdi di kampung halaman. Saya bisa pulang ke kampung melihat saudara karena jaraknya menjadi dekat," katanya.

Menurut dia menjadi anggota Polri tentu menjadi tantangan tersendiri agar membuktikan dirinya mampu bertugas dengan baik sama seperti anggota Polri pria.

"Pekerjaan kita sama diberikan komandan baik pria maupun wanita. Ketika diberi amanah kita profesional mengemban tugas tersebut," kata dia.

Ia mengakui memang dalam masalah operasional pimpinan banyak memberikan kepada pria namun itu tidak membuat bahwa perempuan tidak mumpuni di bidang tersebut.

"Persoalannya saya rasa lebih pada diri masing-masing. Biasanya Polwan ini lebih membatasi dirinya, saya sudah punya anak, sudah bersuami dan lainnya sehingga menolak penugasan," kata dia.

Kalau di institusi semua memiliki kesempatan yang sama dan tinggal lagi mau apa tidak mengambil hal tersebut.

Ia mengaku beruntung mendapatkan dukungan penuh dari keluarga tercinta dan lingkungan sekitar. Suaminya juga anggota Polri yang bertugas di Divisi Humas Mabes Polri terus mendorong dirinya berkarir profesional dalam pengabdian.

Begitu juga anak-anaknya mendukung langkah sang ibu. Awalnya memang ada protes-protes kecil namun hal itu dapat dilalui dengan memberikan nasihat dan komunikasi yang baik dengan anak-anaknya.

"Intinya jangan ada pekerjaan yang di bawa ke rumah. Kerjaan kantor selesaikan di kantor dan di rumah saya akan menjadi seorang istri serta ibu bagi anak-anak," kata dia.

Mimpinya tak hanya sampai di sini, saat ini Lisda Cancer telah menjalani Diklat Pim/PKN Tk 1 dan berpeluang mendapatkan jabatan yang lebih tinggi.

"Saya terus bekerja profesional dan motivasi untuk karir terus ada dan tak hanya puas sampai di sini. Saya mendorong polwan untuk tidak berhenti bermimpi dan berkarir, semua memiliki kesempatan yang sama dan berani ambil kesempatan tersebut," kata dia. (*)