Padang (ANTARA) - Virus corona bermula di Wuhan China telah meluas dan mulai ditemukan ada warga Indonesia yang terpapar sejak Maret 2020. Pandemi COVID-19 telah menimbulkan multi dampak. Bukan saja bidang kesehatan tetapi juga sektor ekonomi, termasuk jasa keuangan secara nasional dan global yang berpengaruh pada aktivitas layanan dan kinerja secara umum.
Kondisi itu memaksa semua sektor harus mampu beradaptasi, supaya bisa melalui bencana non alam dan mengurangi dampak terlalu dalam. Sebab, ruang gerak masyarakat dan mobilitas dibatasi. Tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, termasuk pada pusat-pusat layanan publik agar menghindari bersentuhan langsung dan mengurangi kerumunan.
Jika pun terpaksa beraktivitas, harus menerapkan protokol kesehatan (Prokes) pola 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak). Beradaptasi dengan kebiasaan baru suatu keniscayaan, tentu berlaku pula bagi sektor perbankan.
Karenanya perlu menyelisik strategi layanan Bank Nagari bagaimana mampu surfing the wave atau berselancar di ombak pandemi COVID-19?. Terungkap jurus selamat bank kebanggaan daerah ini, ternyata pengembangan sistem digitalisasi dibarengi inovasi terbaik dan sinergitas serta kolaboratif.
Sisi layanan digital sistem perbankan yang telah diterapkan manajemen Bank Nagari membuktikan memberi dukungan cukup efektif untuk kepentingan masyarakat dan industri perbankan sendiri.
Melalui kombinasi layanan berbasis digital dan penerapan Prokes yang ketat sehingga bisa menjaga stabilitas layanan terhadap nasabah meski di tengah hempasan ombak pandemi. Buktinya terlihat dari laporan kinerja manajemen Bank Nagari pada 2020 yang diekspose pada 14 Januari 2021, menunjukan hasil tetap positif secara umum.
Direktur Utama Bank Nagari Muhammad Irsyad menyampaikan di sisi pengembangan teknologi cukup banyak seperti halnya bank-bank lain, termasuk sama dengan Bank Himbara.
Hal itu, kata Irsyad, dapat dilihat pada perkembangan di sektor digitalisasi pergerakan cukup baik. Dimana pada 2019 besaran total transaksi sekitar Rp1,2 triliun dan pada 2020 sudah menjadi Rp3,5 triliun. "Alhamdulillah berkinerja baik dari sisi layanan digital," ucapnya.
Misalnya QR Code Indonesia Standar (QRIS) sejak diluncurkan Maret 2020 tercatat merchant 6.736 dengan outlet 7.093 unit, terbanyak di Sumbar. Sedangkan total transaksinya sekitar Rp13,9 miliar sampai awal Januari 2021, makin mendapat tempat dihati masyarakat.
Sedangkan layanan melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) nominalnya berjumlah Rp275,6 miliar dengan transaksinya mencapai 239,500 kali. Untuk mobile banking mencapai 44,700 nasabah pada 2019, mengalami kenaikan menjadi 70.000 nasabah di 2020.
Jadi, semenjak pengembangan platform layanan digital yang bisa diakses baik melalui mobile banking, QRIS dan termasuk auto debet, laku pandai serta aplikasi lainnya, telah bisa mendapatkan fee based income atau pendapatan non bunga pada 2020 sektiar Rp37,9 miliar, naik dari 2019 yang hanya Rp31,6 miliar, artinya rata-rata per bulan sekitar Rp3 miliar.
"Ini tentu sudah menguntungkan secara teknologi. Bahkan, banyak lagi layanan-layanan berbasis digital dikembangkan selama 2020, sebagai bentuk inovasi,"ujarnya.
Ke depan, terus berinovasi dan menjadi fokus untuk memudahkan layanan non tunai, apalagi saat terjadi pandemi, masyarakat cukup melalui handphone untuk urusan transaksi.
"Sekarang eranya open bank, orang bisa mengakses layanan perbankan dari mana dan kapan saja," ujarnya.
Platform yang dikembangkan juga seperti aplikasi pembiayaan UMKM, supaya nasabah mengurus semua proses kredit secara online, cukup hanya sekali datang ke bank secara fisik, selanjutnya semua sudah beres dalam genggaman.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan aplikasi membuka rekening. Calon nasabah tidak perlu datang ke bank untuk melakukan proses registrasi karena cukup masukkan data melalui aplikasi. Namun bila ada calon nasabah yang ingin membuka rekening langsung ke bank, tersedia layar sentuh dan bisa mengisi data sendiri pada monitor tersebut.
"Investasi tidak terlalu besar untuk teknologi ini tetapi dari sisi manfaat dan layanan ini sangat bisa kita kembangkan," ucapnya.
Karenanya pada 2021, ada sekitar 83 pekerjaan develop digitalisasi termasuk host to host sebagai bentuk inovasi, semoga bisa dicapai berdasarkan skala prioritas. Pihaknya optimistis bisa mengembangkan karena memiliki tim teknologi yang mumpuni.
Kencangkan Ikat Pinggang
Sejalan dengan optimalisasi layanan berbasis digital dan penerapan Prokes COVID-19 dalam melayani debitur, manajemen dengan jajaran insan Bank Nagari punya komitmen untuk efesiensi secara internal.
Wujud dari sinergitas dan komitmen itu, insan Bank Nagari mesti harus mengencangkan ikat pinggang sebagai bentuk empati dengan situasi masyarakat saat ini, kata M Irsyad.
Upaya penghematan dapat terlihat pada sisi beban sehingga capaian 92,95 persen, artinya beban ditekan di bawah target yang dicanangkan pada 2020.
Ia menyebutkan, termasuk beban umum juga ditekan sehingga capaian target pada posisi akhir Desember sekitar 91,8 persen dan masih bisa dikendalikan. Bahkan pihaknya terus berupaya menekan di sisi Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang masih 85 persen.
Sedangkan sisi kolaboratif dibuktikan dengan cepat merespon kebijakan diterbitkan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam upaya pengendalian dan pemulihan ekonomi akibat pandemi.
"Kita cepat merevisi dan penyesuaian dengan kebijakan dikeluarkan OJK sama pemerintah dalam menghadapi dampak pandemic. Mulai memitigasi risiko kredit dan cakupan likuiditas dan lainnya," ucap Irsyad.
Langkah-langkah yang dilakukan membuatnya mampu berselancar secara efektivitas, buktinya capaian kinerja pada 2020 tetap positif meski di tengah ombak pandami COVID-19.
Kinerja tahun 2020 yang ditutup akhir Desember dilihat pada posisi laba senilai Rp332,7 miliar dengan capaian target 129,9 persen. Dari sisi posisi aset sekitar Rp25,7 triliun atau tumbuh Rp1,26 triliun. Jadi capaian terhadap aset adalah sebesar 104,39 persen. "Alhamdulillah masih tetap bertumbuh dari segi aset",ujarnya.
Sedangkan di sisi kredit sudah Rp19,54 triliun, selama 2020 bertumbuh sebesar Rp610,13 miliar atau capaian 168 persen. Walau pun pandemi yang juga berdampak terhadap perekonomian Sumbar tetapi bisa dilakukan segala sesuatunya yang dapat menumbuhkan kredit, katanya.
Kemudian pada pembiayaan unit usaha syariah terjadi peningkatan sekitar Rp73,01 miliar atau tumbuh 4,83 persen (yoy). "Isyaallah di sisi pembiayaan syariah masih terus tumbuh," ujarnya.
Selanjutnya dana pihak ketiga posisi akhir Desember 2020 sebesar Rp20,41 triliun dengan pertumbuhan sebesar Rp929 miliar. Menurutnya, kalau melihat pertumbuhan dana pihak ketiga mendekati satu triliun, membuktikan masyarakat makin percaya menempatkan uangnya di Bank Nagari.
“Ketahanan fundamental bank di sisi kredit, pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai bisa Rp196,67 miliar. Menunjukkan cadangan ini tumbuh 113,3 persen, dibandingkan 2019, artinya kita menyiapkan cadangan cukup besar,” katanya.
Sementara di sisi kualitas kredit atau pembiayaan Non Performing Loan (NPL) pada Desember 2020 tercatat Rp565,59 miliar, dalam artian disini bisa menekan angka NPL.
"Rasio NPL capaian 2,89 persen atau di bawah yang ditetapkan sebesar 3,08 persen. Ini satu bukti kinerja cukup bagus sehingga menurut OJK pantas diberi apresiasi. Meski faktor pandemi NPL cukup tinggi secara nasional bahkan dunia, tapi Bank Nagari mampu mengendalikan,” katanya.
Gubernur Irwan Prayitno ketika ekspose itu mengapresiasi atas capaian kinerja manajemen Bank Nagari mesti dihadapkan pandemi COVID-19, karena penyaluran kredit masih bisa tercapai, bahkan melebih dari target yang ditetapkan.
Kemudian laba bersih juga lebih dari yang direncanakan, begitu juga pengendalian NPL di bawah target yang ditetapkan. "Kredit bertambah dari target, pendapatan atau laba di atas target dan NPL di bawah target, artinya ini bagus. Kalau kredit banyak bermasalah atau macet tentu tidak bagus," katanya.
Sementara itu, Komisaris Utama Bank Nagari Hamdani menilai pencapaian kinerja yang baik tak terlepas direksi bersama jajaran konsistensi penerapan tata kelola Good Coorporate Governance pada jenjang organisasi mulai dari perencanaan, proses dan outcame.
Kemudian penerapan manajemen risiko pada operasional selalu mengindahkan kehati-hatian. Tim yang solid, sehingga hambatan proses bisnis bisa cepat diatasi dan strategi program marketing serta promosi produk yang terencana.
"Kinerja pada 2020 dapat merealisasikan target-target keuangan maupun rasio sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB), pencapaiannya sangat baik. Kami berharap ke depan terus ditingkatkan,"katanya.
Meski mampu berselancar hadapi ombak pandemi, tetap saja diperlukan melihat potensi risiko karena belum berakhir. Semoga wabah ini cepat berlalu...!!.