Hilang hampir 25 tahun silam, pesepak bola asal Kolombia Quintero cari jawaban atas ayahnya

id juan fernando quintero,ayah pesepakbola hilang,Jenderal Zapateiro

Hilang hampir 25 tahun silam, pesepak bola asal Kolombia Quintero cari jawaban atas ayahnya

Pesepak bola internasional Kolombia Juan Fernando Quintero. ANTARA/HO/Instagram@juanferquinterop

Jakarta (ANTARA) - Pesepak bola internasional Kolombia Juan Fernando Quintero menginginkan jawaban dari kepala angkatan bersenjata negara tersebut yang baru, atas nasib ayahnya yang hilang hampir 25 tahun yang lalu.

"Saya tidak ingin mengambil keuntungan dari Jenderal Angkatan Bersenjata yang baru (Enrique) Zapateiro.... menjabat, tetapi saya berharap bisa memulai dialog segera dan mencari tahu apa yang terjadi," tulis Quintero, yang bermain bagi klub Argentina River Plate, pada Twitter di mana ia mempunyai 1,6 juta follower.



"Saya punya hak sebagai anak untuk tahu apa yang terjadi pada ayah saya karena saya sudah menderita dan saya melihat keluarga saya menderita karena masalah psikologis," tambah Quintero, yang baru berusia dua tahun ketika ayahnya Jaime menghilang pada 1995.

Jenderal Zapateiro, adalah kapten pada unit tempat ayahnya bertugas dulu, dinyatakan bersih dari kesalahan oleh pengadilan pada 2001.

Akan tetapi, kerabat terus mendesak adanya jawaban atas lenyapnya itu.

Jaime Quintero hilang pada 1995 ketika melakukan dinas militernya di pangkalan militer di Carepa, di timur laut negara tersebut.

Menurut keluarganya, Zapateiro memerintahkan Jaime Quintero untuk pergi ke Medellin setelah diduga terjadi perselisihan antara keduanya atas ketidakdisplinan terus menerus, namun ia tidak pernah tiba di tujuan.

"Tidak ada bukti tanggung jawab kapten komandan... Eduardo Enrique Zapateiro Altamiranda, yang sekarang ditunjuk sebagai komandan militer, atau terhadap anggota angkatan bersenjata nasional manapun," kata angkatan bersenjata dalam pernyataan yang dimuat pada lamannya.

Di Colombia, 83.000 orang lenyap selama lebih dari 50 tahun perang saudara, menurut Pusat Memori Sejarah Nasional -- hampir tiga kali lebih banyak dibanding di bawah pemerintahan diktator di Argentina, Brazil dan Chile pada paruh kedua abab ke-20, demikian AFP.