Padang, (ANTARA) - Kepala Bengkel Suzuki Elang Perkasa Motor (EPM) Kota Padang Afrizal mengatakan kendaraan yang rajin mengonsumsi bahan bakar premium akan berdampak pada mahalnya biaya perawatan.
Menurut dia mobil bahan bakar premium hanya cocok untuk mesin mobil yang masih menggunakan karburator sementara untuk kendaraan terbaru yang menggunakan EFI atau VVTI bahan bakar yang cocok adalah pertalite, pertamax atau pertamax turbo.
Ia mengakui harga premium memang lebih murah namun mobil yang mengonsumsi premium akan meninggalkan kerak sisa pembakaran di ruang pembakaran di mesin.
Selain itu kerak itu apabila semakin banyak akan menumpuk dan berdampak pada busi bahkan piston yang akibatnya mobil sering menggelitik dan kehilangan kemampuannya untuk melaju.
“Kita sering dengan bongkar mesing setengah atau bongkar mesin keseluruhan. Itu yang terjadi dan tentu biaya perawatan akan semakin mahal karena sering servis dan mengganti alat” katanya.
Bahkan ada konsumen yang memiliki mobil baru dengan jarak tempuh 15.000 hingga 20 ribu kilometer mengeluhkan adanya getaran dan peforma mesin yang menurun.
Ketika ditanyakan bahan bakar yang duganakan, konsumen itu menjawab premium. Ia mengatakan mobil tersebut harus diservis dengan cara memberikan cairan kimia di ruang bakar, kuras tangki pembakaran, ganti busi dan lainnya.
Setelah itu pihaknya akan mengedukasi konsumen untuk mengganti bahan bakar dari premium dengan RON 88 menuju minimal pertalite dengan RON 90 atau pertamax yang memiliki RON 92.
“Untuk mobil keluaran suzuki yang sering mengeluhkan itu adalah Karimunyang sejak awal mengonsumsi premium, Padahal ketika kami menyerahkan kendaraan kepada konsumen diserahkan dengan bahan bakar pertamax. Tapi itu semua kami serahkan kepada konsumen untuk memilih bahan bakar,” kata dia.
Selain itu untuk emisi gas buang, kendaraan yang mengonsumsi premium akan mengeluarkan gas buang yang berbahaya bagi lingkungan karenan mengandung timbal. Timbal ini kemudian membuat dua sensor yang ada di bagian knalpot tidak berfungsi.
“Hasilnya gas yang keluar akan membuat mata perih dan hidung sakit ketika menghirup asapnya. Berbeda dengan pertalite, gas buang kendaraan hanya debu dan tidak merusak sensor yang ada di sana,” katanya.
Berita Terkait
Jepang beri dukungan penuh kepada kipernya usai alami pelecehan rasial
Selasa, 23 Januari 2024 19:53 Wib
Ini kiat menyimpan sepeda motor di rumah kala musim hujan
Jumat, 13 Januari 2023 10:09 Wib
Alami insiden di lap pembuka Austria, Joan Mir bakal absen di Misano
Rabu, 24 Agustus 2022 6:42 Wib
Rins siap tempur di "rollercoaster" Portimao dengan motor GSX-RR Suzuki
Kamis, 21 April 2022 7:55 Wib
Delapan bagian sepeda motor ini perlu diperiksa sebelum bepergian
Senin, 7 Maret 2022 13:32 Wib
Mengenal bagian kaki-kaki pada kendaraan dan begini cara perawatannya
Selasa, 22 Februari 2022 8:16 Wib
Akui trek Sirkuit Pertamina Mandalika menyenangkan, Rins ingin Suzuki benahi sisi aerodinamika
Sabtu, 12 Februari 2022 8:10 Wib
Ada perubahan striping dan komponen, Satria FU hadirkan tampilan baru di penghujung tahun
Jumat, 31 Desember 2021 6:40 Wib